ISIS Maju, Pejuang Kurdi Bertahan
Kobani jadi sasaran serangan IS selama beberapa pekan. 180.000 warga Kurdi sudah melarikan diri, dan 2.000 orang termasuk perempuan dan anak-anak dievakuasi beberapa hari terakhir. IS belum berhasil sampai pusat kota.
IS Semakin Kuasai Kobane
Asap membumbung tinggi dari gedung-gedung kota Kobani di utara Suriah, dekat perbatasan dengan Turki (06/10). Islamic State (IS) telah duduki sebagian kota dan kibarkan bendera mereka di atas sebuah gedung. Namun pejuang Kurdi yang bertahan di kota itu masih perjuangkan beberapa bagian kota. Di pusat kota masih berkibar bendera Kurdi. Demikian laporan wartawan AFP dari front, Selasa (07/10).
Angkatan Darat Turki Ditempatkan Dekat Perbatasan
Tank-tank Turki mengambil posisi di dekat kota Suruc, provinsi Sanliurfa (06/10). Pejuang Kurdi bersumpah tidak akan menyerah, walaupun berjumlah lebih sedikit daripada teroris IS. Sementara itu, serangan udara baru di bawah pimpinan AS difokuskan pada posisi IS di wilayah barat daya Kobani, Selasa (07/10).
Dukungan bagi Pejuang Kurdi
Seorang pria Kurdi tendang tabung gas air mata yang digunakan militer Turki untuk menghalau warga sipil dan reporter yang berkumpul di dekat desa Mursitpinar, tak jauh dari Kobane (06/10), agar tidak semakin dekati perbatasan. Walaupun mortir tampak berjatuhan di beberapa bagian Kobani, reporter Reuter melihat sekitar 30 orang lintasi perbatasan. Tampaknya mereka akan membantu pertahankan Kobani.
Perempuan Yasidi Korban ISIS
IS melancarkan serangan besar di bagian utara Irak, termasuk kota Sinjar yang jadi kediaman banyak warga Yasidi, 2 Agustus. Dalam serangan teror itu IS membunuh sejumlah besar pria Yasidi. Mereka juga membunuh, menculik serta memperkosa sejumlah besar perempuan dan anak perempuan Yasidi. Sebagian dari mereka dijual kepada teroris IS dengan harga murah, namun beberapa orang berhasil melarikan diri.
Kekuatan IS
Setelah mengalahkan pasukan pemerintah dalam serangan yang diluncurkan 9 Juni, Islamic State (IS) berhasil merebut kota terbesar kedua Irak yakni Mosul dan melanjutkan serangan dan berulangkali sukses. Namun kelompok jihadi tersebut ketika itu masih relatif kecil dan kekuatannya tidak terletak dalam jumlah. Berikut alasan yang diidentifikasi oleh para ahli militer mengenai kenapa IS sukses.
Punya Senjata Baru
Islamic State menggunakan peralatan militer yang mereka rebut dari para musuh yang mereka taklukkan, termasuk tank-tank, Humvees, rudal dan berbagai senjata berat lainnya. Sejumlah perlengkapan, sebagian besar buatan Amerika, yang ditinggal kabur pasukan Irak yang melarikan diri ketika para jihadis meluncurkan serangan pertama mereka lebih dari dua bulan lalu, telah mengubah kemampuan IS.
Pengalaman Suriah
IS telah lama memiliki pijakan di Irak – yang bahkan menjadi tempat inkarnasi pertama kelahiran kelompok itu pada 2004 – namun apa yang membuat mereka kuat seperti hari ini adalah berkat pertempuran di negara tetangga Suriah. Mereka telah memerangi rezim Suriah dan kelompok pemberontak saingannya sejak 2011, kelihatan tidak takut mati dan mengadopsi taktik yang sangat agresif.
Memilih Perang dengan Cerdik
IS telah memilih perang dengan kecerdikan yang tajam, memfokuskan diri pada wilayah-wilayah Sunni di mana mereka bisa mendapatkan dukungan, infrastruktur-infrastruktur kunci atau tempat-tempat yang tidak dijaga dengan baik, serta pada saat bersamaan menghindari kekalahan yang tidak perlu untuk tetap memelihara momentum dan kesatuan di dalam organisasi.
Propaganda Efektif
IS menggunakan faktor ketakutan untuk menaklukkan seluruh kota tanpa perlawanan. Mereka menggunggah berbagai foto mengerikan orang-orang yang dipenggal dan dimutilasi, untuk merekrut dan meradikalisasi anak muda dan pada saat bersamaan membuat musuh ketakutan.
Musuh Yang Lemah
Satu-satunya faktor tunggal terbesar yang membuat para jihadis itu kelihatan kuat adalah lemahnya para lawan mereka. “Angkatan bersenjata Kurdi relatif baik menurut standar Irak, tapi mereka betul-betul prajurit infantri yang “ringan”. Mereka yang berpengalaman memerangi Saddam Hussein telah pergi dan digantikan oleh orang-orang yang lebih muda,” kata Cordesman, mantan pejabat pertahanan AS.