Iran Bersedia Kirim Uranium ke Turki
17 Mei 2010Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad menyerukan masyarakat internasional untuk segera membuka lagi perundingan, untuk mencabut sanksi-sanksi PBB terhadap Iran.
Dikutip kantor berita Iran, Ahmadinejad mengungkapkan harapannya bahwa kelompok 5+1 (lima negara anggota tetap DK PBB --AS, Cina, Rusia, Prancis, Inggris, plus Jerman) segera menggelar pembahasan baru yang diliputi kejujuran, penghormatan, keadilan, dan penghargaan terhadap upaya dan keberhasilan besar yang baru dicapai di Teheran.
Pernyataan Ahmadinejad terkait kesediaan Iran untuk mengirimkan sebagian uranium yang diperkaya milik mereka ke Turki, sebagaimana selama ini dituntut barat.
Dalam kesepakatan yang tercapai di Teheran melalui upaya diplomasi dua negara anggota tidak tetap DK PBB, Turki dan Brasil, Iran bersedia mengirimkan 1200 kilogram uranium yang diperkaya, LEU, ke Turki dalam tempo satu bulan. Sebagai imbalannya, Iran akan mendapat pasokan 120 kilogram bahan bakar nuklir dalam tempo setahun.
Kepala juru runding Iran untuk urusan nuklir, Ali Akbar Salehi mengatakan, "Kami menunjukkan niat baik dan kehendak untuk bekerjasama dengan IAEA, dengan menyepakati pertukaran dan prosedur sebagaimana yang selama ini dituntut pihak barat". Kini, tuntut Ali Akbar Salehi, "giliran pihak barat untuk menunjukkan niat baik mereka kepada kami."
Iran menyatakan kesediaannya setelah Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan PM Turki Reccep Tayyip Erdogan melancarkan upaya-upaya diplomasi terakhir di Teheran, terhadap Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad.
Menteri Luar Negeri Brasil Celso Amorim mengatakn kepada para wartawan, Brasil dan Turki melancarkan upaya penengahan baru itu untuk menjamin bahwa di satu sisi Iran memiliki hak untuk mengembangkan program nuklir untuk kepentingan damai, namun sekaligus memberikan jaminan keamanan kepada masyarakat internasional di sisi lain. Kesepakatan pertukaran itu, katanya pula, merupakan suatu langkah pembangunan kepercayaan antar pihak, yang memungkinkan Iran dan masyarakat internasional untuk bekerjasama lebih jauh.
Sementara Menlu Turki Ahmed Davutoglu menegaskan bahwa dengan dicapainya kesepakatan ini, maka tidak diperlukan lagi sanksi-sanksi baru PBB bagi Iran. Menurutnya, kesepakatan ini memberikan isyarat kuat bagi masyarakat internasional, bahwa selalu ada ruang bagi diplomasi.
Iran harus menyampaikan rincian kesepakatan itu kepada IAEA dalam tempo sepekan. Jika kelompok 5+1 menerima kesepakatn ini, dalam tempo sebulan Iran akan mengirimkan 1200 kilogram uranium yang sudah diperkaya ke Turki. Penyimpanannya akan diawasi Iran dan IAEA, yang akan menempatkan para petugasnya secara khusus. Selanjutnya kelompok Wina, atau Amerika, Prancis dan Rusia, akan mengirimkan 120 kilogram bahan bakar nuklir ke Iran dalam tempo setahun. Jika ada ketetntuan kesepakatan ini yang dilanggar, Turki, atas permintaan Iran, harus mengirimkan kembali uraniun yang diperkaya itu ke Iran, "secepatnya dan tanpa syarat".
Masyarakat internasional menyambut kesepakatan ini sebagai suatu terobosan setelah buntunya berbagai perundingan selama ini. Seorang akademisi Turki terkemuka, Mustafa Kibaroglu mengungkapkan sikap skeptisnya.
Katanya, ini perkembangan positif. Namun, "tidak serta merta berarti bahwa seluruh persoalan antara Barat dan Iran sudah terpecahkan seluruhnya," katanya.
Negara-negara barat, khususnya Prancis, Inggris dan Jerman memang masih mengambil sikap hati-hati. Mereka menyatakan, sengketa nuklir Iran hanya benar-benar tuntas jika Iran sepenuhnya mematuhi ketentuan untuk menghentikan semua program pengayaan uraniumnya. Sebaliknya, Iran juga kukuh dengan sikapnya. Ketua juru runding Iran yang juga ketua badan atom negeri itu, Ali Akbar Salehi menegaskan Iran akan meneruskan program pengayaan uranium serta produksi uranium yang diperkaya 20 persen. Menurutnya, tak ada hubungannya antara program itu dengan kesepakatan pertukaran yang ditengahi Turki dan Brasil ini.
GG/HP/afp/dpa