Perubahan Iklim Menurut Arsip Alam
19 November 2013"Kami butuh ide-ide baru untuk mengatasi tantangan era ini - di mana pun tantangan itu terjadi. Penerima Green Talents memberi angin segar bagi dunia sains Jerman," ucap Wilfried Kraus, Wakil Dirjen BMBF, saat acara penganugerahan bagi para peneliti muda. Kraus menekankan pentingnya program Green Talents untuk kerjasama sains internasional di masa depan.
Acara penganugerahan turut dihadiri sekelompok peneliti senior yang menjadi juri dalam memilih 25 visioner 'hijau' dari 430 lebih pendaftar dari 80 negara. Ini kali kelima Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman (BMBF) memberi penghargaan bagi generasi peneliti penerus dalam bidang pembangunan berkelanjutan.
Kesempatan meneliti di Jerman
Hadiahnya termasuk berhak mengikuti forum sains selama dua pekan. Para penerima penghargaan Green Talents dibawa mengunjungi lokasi-lokasi riset terdepan. Mereka mendapatkan pengetahuan lebih mendalam terkait sistem inovasi, pendekatan dan teknologi Jerman, serta bertukar ide dengan para pakar.
Untuk lebih memperluas jaringan, para penerima Green Talents diundang untuk kembali ke Jerman pada tahun 2014 untuk kegiatan riset selama tiga bulan di institusi pilihan mereka.
Intan Suci Nurhati (30) berpikir untuk mengambil kesempatan emas tersebut. Akses masuk institusi riset Jerman menurutnya dapat membantu penelitiannya sebagai postdoctoral associate di Pusat Aliansi Singapura-MIT untuk Riset dan Teknologi (SMART). Intan berupaya memahami perubahan iklim tropis dalam beberapa dekade terakhir melalui arsip alam seperti terumbu karang dan pohon. Tujuan penelitiannya terutama untuk mengerti perubahan variabilitas curah hujan.
DW sempat berbincang dengan Intan Suci Nurhati usai acara penganugerahan di Berlin.
DW: Pertama-tama Intan, selamat. Bisa Anda jelaskan lebih jauh mengenai penelitian yang Anda jalani sekarang?
Intan Suci Nurhati: Terima kasih. Saya di sini sebagai peneliti di bidang iklim dan kelautan. Saya mendapatkan penghargaan dari pemerintah Jerman atas penelitian saya untuk memahami dampak perubahan iklim atau global warming terhadap kelautan dan lingkungan di Indonesia. Di sini pendekatan saya cukup unik karena untuk memahami perubahan lingkungan saya bertanya kepada alam, karena alam sendiri memiliki arsip-arsip dari perubahan lingkungan seperti perubahan temperatur, curah hujan dan sebagainya. Lebih tepatnya mungkin saya mempelajari terumbu karang dan pohon sebagai arsip untuk bertanya bagaimana sih perubahan laut dan iklim di Indonesia.
Sebenarnya bagaimana cara untuk mendapatkan data yang diperlukan dari terumbu karang dan juga pohon?
OK. Mungkin yang kita lebih familiar ya untuk melihat pohon. Pohon kan kalau kita potong kita bisa melihat garis-garis tahunannya. Nah di situ saya mempelajari bagaimana garis tahunan ini berubah setiap tahunnya karena alam yang dialami setiap tahun berubah, tapi saya juga mempelajari unsur kimia dari pohon. Nah kalau pohon itu untuk darat, saya juga melihat terumbu karang. Nah di sini juga sama, terumbu karang walaupun masyarakat mungkin berpikirnya itu cuma batu gitu, dia sebenarnya dulu tumbuh kecil dan terus membesar dengan lapisan-lapisannya. Jadi di situ saya mempelajari lapisan dari terumbu karang untuk memahami bagaimana perubahan temperatur laut, curah hujan, dan juga kesehatan dari terumbu karang tersebut.
Dan dari data yang nanti sudah didapat, kira-kira akan dimanfaatkan untuk apa?
Jadi pertanyaan riset saya ini sebenarnya sangat dekat dampaknya untuk masyarakat. Pertama saya ingin mengetahui bagaimana sih perubahan iklim mempengaruhi curah hujan di Indonesia. Indonesia sangat luas ya.. Jadi bisa jadi curah hujan yang akan terjadi di daerah Sumatera akan berbeda dengan Jawa, Kalimantan dan sebagainya. Jadi di sini saya bekerja sama juga dengan instansi penelitian di Indonesia untuk mendapatkan sampel-sampel dari seluruh Indonesia yang untuk kita pelajari. Dan pertanyaan kedua juga kita ingin mempelajari bagaimana kesehatan coral di masa depan, karena coral adalah seperti rumah tempat banyaknya ikan Indonesia dari kecil dan terus berkembang dan itu penting untuk perikanan di Indonesia. Jadi di sini saya mempelajari bagaimana perubahan iklim yaitu perubahan pengasaman laut karena perubahan global warming tidak hanya menyebabkan iklim berubah, tapi sayangnya juga membuat laut kita bertambah asam. Dan di sini dampaknya adalah coral menjadi lebih rapuh atau seperti mengalami efek osteoporosis.