1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
IptekJepang

Ilmuwan Jepang Ciptakan Tikus dari Dua Sel Jantan

16 Maret 2023

Sebuah studi baru membuktikan bahwa reproduksi sesama jenis pada tikus adalah hal yang mungkin. Penelitian tersebut meningkatkan potensi akan penggunaan teknik yang sama untuk manusia.

https://p.dw.com/p/4OkQL
Anak tikus
Para ahli mengingatkan bahwa sangat sedikit embrio tikus yang berkembang menjadi anak tikus hidupFoto: T. Douma/AGAMI/blickwinkel/picture alliance

Ilmuwan Jepang telah berhasil menciptakan telur dari sel tikus jantan dan menghasilkan anak tikus yang sehat.

Hasil studi yang dipimpin oleh Profesor Katsuhiko Hayashi dari Universitas Kyushu dan Universitas Osaka itu diterbitkan di jurnal ilmiah Nature pada hari Rabu (15/03).

Dalam sebuah pernyataan bersama, Diana Laird, seorang ahli sel punca dan reproduksi di University of California, dan rekannya Jonathan Bayerl mengatakan bahwa karya tersebut "membuka jalan baru dalam penelitian biologi reproduksi dan kesuburan." Bahwa di masa depan, ada kemungkinan untuk mereproduksi mamalia yang terancam punah dari satu pejantan.

"Bahkan mungkin menyediakan template untuk memungkinkan lebih banyak orang (seperti pasangan sesama jenis laki-laki) untuk memiliki anak kandung, sambil menghindari masalah etika dan hukum telur donor," tulis mereka.

Meski begitu, Hayashi memperingatkan penelitian itu masih berada di tahap yang sangat awal.

"Ada perbedaan besar antara tikus dan manusia," katanya pada pertemuan puncak penyuntingan gen manusia di Institut Crick di London pekan lalu.

Sel punca dari ekor mencit jantan

Sebuah penelitian di Cina pada tahun 2018 sebelumnya telah melaporkan bahwa tikus dengan dua induk betina berhasil dilahirkan, tetapi ketika mereka mencobanya dengan tikus jantan, anak-anaknya hanya bertahan hidup beberapa hari.

Para ilmuwan Jepang kemudian menggunakan pendekatan yang berbeda. Dalam penelitian mereka, aak-anak tikus yang lahir tampaknya tumbuh secara normal dan mampu menjadi induk dengan cara yang biasa.

Teknik ini pertama-tama melibatkan pengambilan sel kulit dari ekor tikus jantan dan mengubahnya menjadi sel punca. Kemudian, melalui proses tumbuh kembang dan perawatan dengan obat, mereka mengubah sel punca tikus jantan menjadi sel betina dan menghasilkan sel telur fungsional. Akhirnya, mereka membuahi sel telur tersebut dan menanamkan embrio ke dalam tikus betina.

Laird menggambarkannya sebagai "langkah penting dalam sel induk dan biologi reproduksi."

Kemungkinan uji coba pada manusia

Penelitian ini masih dalam tahap awal dan metodenya masih sangat tidak efisien. Hanya tujuh dari 630 embrio yang dipindahkan ke induk betina pengganti yang menghasilkan anak tikus hidup.

Para peneliti belum bisa menyimpulkan mengapa hanya sebagian kecil dari embrio yang ditempatkan pada tikus pengganti yang selamat. Mereka juga menekankan bahwa masih terlalu dini untuk mengetahui apakah protokol tersebut akan bekerja pada sel punca manusia.

Dalam komentarnya, Laird juga mengatakan para ilmuwan perlu berhati-hati terhadap mutasi dan kesalahan yang mungkin terjadi dalam cawan kultur sebelum menggunakan sel punca untuk membuat telur.

ha/gtp (AP, dpa)