Bakau Melindungi Pesisir dari Badai dan Tsunami
22 Desember 2013
Hutan yang menjulang dari dari dasar laut: kawasan pesisir pantai di wilayah tropis dilindungi oleh sabuk berwarna hijau yang membentang antara laut dan daratan. Hutan Bakau membutuhkan suhu air hangat, paduan antara air asin dan air tawar. Berbagai jenis burung hidup dan berkembang biak di dahan-dahan Bakau. Sementara akarnya yang menancap bumi berfungsi sebagai habitat alami ikan dan kepiting.
Sejak dekade 1980-an hutan Bakau di seluruh dunia berkurang sebanyak 35 %. Untuk itu ada banyak alasan, kata Ulrich Saint-Paul dari Pusat Biologi Laut di Universitas Bremen. Seringkali hutan Bakau ditebang untuk membangun perumahan penduduk, bandar udara atau pelabuhan, "tapi kawasan ini terutama digunakan untuk membiakkan kepiting dan udang yang dijual ke pasar internasional," katanya kepada DW.
Kendati begitu kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan bisnis di seputar hutan Bakau melampaui keuntungan yang didapat. Karena Bakau "tidak cuma berfungsi untuk membiakkan ikan, melainkan melindungi bibir pantai dari cuaca buruk. Dan ia sangat penting bagi perlindungan iklim sebagai lokasi penyimpanan CO2 yang besar," tukas Paul.
Pembangunan bendungan atau memindahkan aliran sungai ikut mengancam eskistensi hutan Bakau, kata Rene Capote, peneliti Bakau di Kuba. "Bahkan jika dilakukan jauh di daratan, aktivitas semacam itu membunuh hutan Bakau," katanya.
Padahal Bakau juga menyaring air bersih di kawasan pesisir pantai. Fungsi itu penting untuk terumbu karang dan kawasan pantai, dan dengan begitu juga untuk kegiatan wisata sebagai sumber devisa, kata Capote.
Pemecah Ombak Alami
Dalam banyak kasus, hutan Bakau melindungi kawasan pesisir dari terjangan badai, angin topan atau tsunami sekalipun. Karena ekosistem ini mampu menyesap air dalam jumlah besar dan dengan begitu mencegah banjir. "Akar dan dahan bakau menahan gelombang air," kata Femke Tonneijck dari organisasi lingkungan Wetlands International.
Dalam kasus badai Haiyan yang menerpa Filipina, hutan Bakau diyakini akan mampu meminimalisir dampak kerusakan di kawasan pesisir, "sabuk bakau misalnya bisa mengurangi ketinggian dan energi hempasan ombak," kata Tonneijck. Menurutnya, hutan Bakau bisa meredam ketinggian ombak hingga setengah meter - faktor kecil yang bisa menyelamatkan hidup manusia.
Selain itu hutan Bakau juga menawarkan kayu bakar, material bangunan dan bahan makanan pasca bencana alam terkait cuaca. Meskipun begitu, dibutuhkan sabuk yang lebih lebar untuk bisa menghasilkan dampak yang signifikan dalam meminimalisir ancaman badai, kata Tonneijck.
Teknik Hortikultura Eropa untuk negara Tropis
Budidaya dan penanaman kembali pohon bakau di bibir pantai juga bisa mengurangi erosi. "Kami pernah berada di Jawa, di mana hutan Bakau harus ditebang demi penangkaran ikan dan udang. Untuk menanam kembali kami menggunakan sedimen khusus," kata Tonneijck.
Selama ini pemerintahan lokal lebih mengandalkan reklamasi pantai dengan menggunakan beton dan bahan keras lainnya. "Kami menggunakan kayu layaknya pagar. Teknik semacam itu tidak mencegah mengalirnya sedimen. Metode ini digunakan sejak lama di Belanda dan Jerman Utara," ujarnya.
Saat ini sudah ada sejumlah metode yang berhasil dan Bank Dunia mengucurkan dana untuk proyek-proyek semacam itu, kata Ahli ekologi Bakau Saint-Paul dari Universitas Bremen. Sayangnya, menurut Paul, Bakau sering dibudidayakan sebagai monokultur, "dan itu mengabaikan keragaman hayati yang menciptakan stabilitas ekologis untuk kawasan yang bersangkutan," katanya.