Hukuman Mati bagi Pendukung Demonstrasi Bahrain
30 September 2011Aparat keamanan Bahrain mengambil tindakan brutal selama aksi protes bulan Februari dan Maret lalu. Akhirnya, dengan bantuan militer Arab Saudi, penguasa negara pulau itu dapat mengakhiri demonstrasi, yang dilancarkan warga Syiah yang jadi warga mayoritas tetapi didiskriminasi.
Sekarang orang-orang yang dituduh biang keladi harus merasakan tindakan keras kehakiman khusus yang mengurus demonstran. Pengadilan militer itu menjatuhkan hukuman mati kepada seorang demonstran Syiah Kamis kemarin (29/09). Seorang lainnya divonis penjara seumur hidup. Keduanya dikatakan membunuh seorang polisi ketika aksi protes terjadi. Sebelumnya, 12 orang demonstran lainnya sudah dijatuhi hukuman mati.
Pengadilan Militer
Nabil Rajaf, wakil kepala Pusat HAM di Bahrain, mengkritik proses pengadilan yang tertutup dari masyarakat umum.
"Pengadilan yang menghukum mereka tidak memenuhi standar internasional bagi proses yang adil. Itu pengadilan militer. Banyak organisasi HAM dan pemerintah negara-negara lain sudah menyerukan pemerintah Bahrain untuk menghentikan pengadilan itu, karena alasan itu. Tetapi sayangnya, pemerintah membiarkan itu terjadi, dan semakin banyak orang dihadapkan ke pengadilan militer," demikian Rajaf.
Baru Rabu lalu, 13 dokter dan perawat divonis penjara antara lima hingga lima belas tahun. Alasannya, mereka telah mengobati dan merawat demonstran yang cedera, tanpa memandang status maupun agama. Wartawan dan penerbit buku-buku bertema Timur Tengah asal Inggris, Robert Fisk menjadi saksi mata situasi di sebuah rumah sakit, di ibukota Manama.
Ia bercerita, "Para dokter sangat terkejut. Itu belum pernah mereka lihat sebelumnya, bahwa polisi dan tentara menembak demonstran dengan peluru tajam. Mereka belum pernah melihat luka-luka seperti itu sebelumnya. Lagi pula tidak ada dokter yang memberikan komentar menentang rejim atau keluarga Al Khalifa yang memerintah. Itu sama sekali bukan pemberontakan.“
Para Dokter Dituduh Teroris
Tetapi itu, menurut pengadilan militer, dapat dibuktikan. Para dokter menghasut warga untuk menentang keluarga raja yang Islam Sunni. Mereka katanya juga membakar aksi protes, bahkan memiliki senjata. Mereka disebut teroris. Para dokter menuduh rejim melaksanakan penyiksaan. Arab Saudi mengakhiri aksi protes di Bahrain setelah berjalan beberapa pekan. Karena demonstrasi diadakan warga Syiah, yang menjadi penduduk mayoritas Bahrain, penguasa Arab Saudi rupanya takut demonstrasi meluas ke negaranya.
Dari situ Robert Fisk menarik kesimpulan bagi proses pengadilan di Bahrain. "Jika Bahrain meminta bantuan Arab Saudi agar mengirimkan tentara mereka untuk menekan rakyatnya, saya duga, Bahrain juga menerima sokongan dan jaminan lain. Misalnya, jadi timbul pertanyaan, apakah Arab Saudi menyatakan kepada penguasa Bahrain keputusan yang mereka inginkan dari proses pengadilan? Dengan kata lain, siapa yang memutuskan hukuman, Bahrain atau Arab Saudi?“
Ulrich Leidholdt / Marjory Linardy
Editor: Renata Permadi