Homs Kembali Jadi Target Serangan
8 Februari 2012Enam hari berturut-turut kota Homs di Suriah dihujani tembakan militer. Aktivis hak asasi manusia Suriah melaporkan, pendukung rejim Presiden Suriah Bashar al-Assad menggunakan roket, granat dan panser dalam serangan hari Rabu (8/2) yang menewaskan sekitar 68 orang. Penduduk Homs, kota pusat perlawanan menentang Assad, mengeluh karena persediaan pangan dan obat-obatan menipis. Korban luka-luka sulit ditolong, apalagi mengingat bahaya di kawasan Bab Anr dan Khalidyah yang ditembaki pasukan pemerintah.
Dr. Ali al-Hazouri dari Homs: "Kami tidak dapat menolong korban cedera. Kami perlu sekali obat-obatan. Terlalu sedikit dokter untuk merawat begitu banyaknya korban. Kami tidak punya tempat untuk korban yang tewas dan yang terluka. Korban luka harus kami tempatkan di kamar mandi."
Komisaris HAM PBB: masyarakat internasional harus segera bertindak
Kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Damaskus hari Selasa (7/2) dianggap pendukung Assad sebagai keberhasilan, tetapi tidak bagi oposisi. Tuntutan Lavrov untuk membuka dialog antara oposisi dan pemerintah Suriah dan pelanjutan misi pengamat Liga Arab, seperti sebuah dagelan bila melihat apa yang terjadi hari Rabu (8/2).
Tak kurang dari Komisaris HAM PBB Navi Pillay gusar usai mendengar laporan dari Homs. Pillay menuding, veto Rusia dan Cina terhadap resolusi DK PBB baru-baru ini, ikut bertanggung jawab atas situasi di Suriah saat ini. Ia menambahkan, veto itu merupakan surat ijin bagi Assad untuk bebas melakukan tindak kekerasan. Masyarakat internasional kini harus segera bertindak untuk melindungi rakyat Suriah, tambah Pillay.
Juga Menlu Turki, Ahmet Davutoglu mengatakan, masyarakat internasional sekarang harus membantu warga Homs. "Tidaklah cukup hanya menjadi pengamat. Kita harus mengirimkan pesan kuat kepada rakyat Suriah, bahwa kita bersama mereka." Demikian ditegaskan Davutoglu. Turki adalah negara tetangga Suriah.
Merasa tidak dipedulikan
Namun, Rusia kembali menolak intervensi asing dalam konflik ini. Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin menegaskan hari Rabu (8/2), pemerintahannya "menentang kekerasan, tetapi orang tidak boleh bertindak seperti gajah di sebuah toko porselen." Orang dapat melakukan sesuatu pada pihak yang bertikai atau membatasi penggunaan senjata, tetapi intervensi dalam konflik ini sama sekali tidak boleh dilakukan, ujar Putin.
Sementara melalui telepon, Presiden Rusia, Dmitry Medvedev mengatakan kepada Presiden Turki, Tayyip Erdogan, upaya penyelesaian krisis juga harus dilanjutkan di DK PBB. Namun tujuannya tetap bahwa Suriah sendiri yang mencari jalan keluar tanpa bantuan asing.
Omar Shakit, saksi mata di Homs kecewa melihat semuanya ini: "Kami dibiarkan sendiri. Tak seorang pun peduli. PBB membiarkan Assad leluasa menembaki kami dengan panser Rusia. Kami tidak bisa hanya melihat Assad membunuh kami. Kami akan melawan dengan segala cara, jika perlu dengan pisau dapur. Kami berhak untuk membela diri."
Christa Saloh-Foerster/dpa/rtrd/dapd
Editor: Andy Budiman