Hari Pengungsi Sedunia: 9 Grafik Situasi Pengungsi Global
20 Juni 2024Pada akhir tahun 2023, sekitar 117 juta orang di seluruh dunia terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena konflik, penganiayaan, atau ancaman signifikan lainnya. Hal ini diungkapkan laporan terbaru dari Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, UNHCR, badan PBB yang bertugas membantu para pengungsi.
Laporan tersebut, yang dirilis bulan ini, melacak orang-orang yang sudah diakui sebagai pengungsi, mereka yang masih berupaya agar permohonan suaka mereka disetujui di luar negeri, dan mereka yang terpaksa mengungsi di negara asal mereka.
Kesembilan bagan ini menunjukkan bagaimana pola migrasi paksa telah berkembang dari waktu ke waktu, ke mana orang-orang melarikan diri, dan negara mana saja yang menerima jumlah pengungsi terbanyak.
1. Jumlah pengungsi meningkat
Pada tahun 2014, delapan dari 1.000 orang di seluruh dunia terpaksa mengungsi. Pada tahun 2023, jumlahnya menjadi 14 dari 1.000 orang.
Ini berarti bahwa di seluruh dunia ada peningkatan sekitar 58 juta lebih orang yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka akibat krisis kemanusiaan dibandingkan data tahun 2014. Jumlah ini setara dengan sekitar seperlima penduduk Indonesia.
2. Sebagian besar merupakan pengungsi internal
Dari sekitar 117,3 juta pengungsi di seluruh dunia yang dilacak oleh UNHCR, 68,3 juta merupakan pengungsi internal – artinya mereka terpaksa meninggalkan rumah dan komunitas mereka namun tetap berada di dalam batas negara asal mereka.
Angka UNHCR hanya mengacu pada orang-orang yang menjadi pengungsi akibat kekerasan dan perang. Pusat Pemantauan Pengungsi Internal (IDMC) memperkirakan bahwa 7,7 juta lebih orang terpaksa mengungsi akibat bencana alam dan perubahan iklim.
3. Kebanyakan pengungsi internal berada di Afrika dan Timur Tengah
Dari 68,3 juta pengungsi internal, sekitar 48% berasal dari negara-negara Afrika dan sekitar 21% dari Timur Tengah.
Dengan 9 juta pengungsi internal, Sudan adalah rumah bagi 14% pengungsi internal global. Negara lain yang mempunyai jumlah pengungsi internal yang tinggi adalah Suriah (7,2 juta), Republik Demokratik Kongo (6,7 juta), dan Yaman (4,5 juta).
Di antara 10 negara dengan populasi pengungsi internal terbesar, hanya tiga yang tidak berada di Afrika atau Timur Tengah, yaitu Kolombia (5 juta), Afganistan (4,1 juta) dan Ukraina (3,7 juta).
4. Beberapa negara di Eropa mempunyai proporsi pengungsi internal yang tinggi
Sebagian besar penduduk juga terpaksa meninggalkan rumah mereka di wilayah lain – termasuk Eropa.
Hal serupa terjadi di Siprus, dimana lebih dari 240.000 orang – atau sekitar 20% populasi – dianggap sebagai pengungsi saat ini. Kebanyakan dari mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka karena konflik teritorial selama lima dekade dengan Turki.
Situasi serupa terjadi di Georgia, Azerbaijan, Serbia dan Bosnia-Herzegovina. Seringkali, orang tetap mengungsi selama beberapa dekade – atau bahkan beberapa generasi – setelah kejadian awal yang memaksa mereka meninggalkan rumah.
5. Hampir 90% pengungsi hanya berasal dari 10 negara
Menurut UNHCR, sekitar 43,4 juta orang di seluruh dunia tinggal di luar negara asal mereka sebagai pengungsi atau berada di bawah program perlindungan internasional lainnya, seperti tempat tinggal sementara karena alasan kemanusiaan.
Secara global, sembilan dari 10 pengungsi berasal dari Afganistan, Suriah, Venezuela, Ukraina, Wilayah Palestina, Sudan Selatan, Sudan, Myanmar, Republik Demokratik Kongo, dan Somalia.
6. Kebanyakan mencari perlindungan di negara tetangga
Negara-negara yang menerima pengungsi terbanyak sering kali berbatasan dengan negara-negara yang wilayahnya mengalami krisis kemanusiaan. Menurut laporan UNHCR, 69% pengungsi pada tahun 2023 tinggal di negara yang bertetangga dengan negara asal mereka.
Iran, Turki, Kolombia, dan Yordania adalah rumah bagi pengungsi dalam jumlah terbesar, sebagian besar dari mereka melarikan diri dari Afganistan, Suriah, Venezuela, dan Wilayah Palestina.
Pengecualian terbesar adalah Jerman, yang menerima ratusan ribu migran dari negara-negara jauh seperti Ukraina, Suriah, Afganistan, Irak, dan Eritrea.
7. Negara-negara berkembang menerima pengungsi dalam jumlah yang tidak proporsional
Jerman menampung pengungsi terbanyak dibandingkan negara Uni Eropa lainnya, yakni lebih dari 2,5 juta jiwa. Namun, Jerman menampung lebih sedikit pengungsi dibandingkan Iran, Turki, Yordania, dan Kolombia.
Dengan populasi penduduk 11 juta orang, Yordania secara persentase menampung jumlah pengungsi tertinggi dibandingkan jumlah penduduknya. Lebih dari 3 juta pengungsi, sebagian besar berasal dari Wilayah Palestina, tinggal di Yordania, atau berarti negara ini menampung sekitar 270.000 pengungsi untuk setiap 1 juta penduduknya.
Beberapa negara termiskin di dunia menampung jumlah pengungsi terbanyak. Chad, misalnya, menampung lebih dari 1 juta orang, meskipun merupakan salah satu negara kurang berkembang di dunia. Jumlah tersebut berarti lebih dari 60.000 pengungsi untuk setiap 1 juta penduduk, sekitar dua kali lebih banyak dibandingkan tingkat pengungsi di Jerman.
8. Kesenjangan antara permintaan suaka dan pengambilan keputusan semakin meningkat
Selain pengungsi internal dan pengungsi yang diakui, terdapat sekitar 7 juta orang yang masih menunggu status mereka sebagai pengungsi untuk diakui atau ditolak oleh negara tuan rumah tempat mereka mengajukan permohonan.
Jumlah keputusan mengenai status suaka tidak sejalan dengan permintaan. Pada tahun 2023, 1,4 juta keputusan dibuat di seluruh dunia, namun ada juga sekitar 5,6 juta permintaan suaka baru.
Kesenjangan antara lamaran dan keputusan tidak pernah setinggi ini. Pengungsi seringkali terjebak dalam ketidakpastian hukum karena jumlah permohonan yang terus meningkat.
9. Para pengungsi sering kali kembali ke negara-negara yang masih tidak aman
Pada tahun 2023, sekitar 1,1 juta mantan pengungsi kembali ke negara asalnya. Namun, pulang ke rumah seringkali tidak aman. Kebanyakan dari mereka kembali ke negara-negara yang masih menghadapi perang dan konflik, seperti Sudan Selatan dan Ukraina.
hp/as