Hanya Perundingan yang Dapat Menolong Thailand
17 Mei 2010Kerusuhan berdarah di Bangkok menjadi sorotan harian Austria Die Presse
"Negara yang pernah begitu menjanjikan, dan merupakan kekuatan ekonomi nomor dua di Asia Tenggara terancam masa depan berupa kekerasan, ketidakstabilan dan kemerosotan ekonomi yang cepat. Setiap tembakan terhadap para demonstran, setiap gambar dari pembakaran blokade di Bangkok mengejutkan calon-calon turis dan mengusir para investor. Yang bersalah dalam eskalasi ini adalah ketidakmampuan kolosal semua aktor politik. Perdana Menteri yang semakin mengalami tekanan kuat, yang membuatnya bereaksi semakin garang, tampaknya bertanggungjawab atas pertumpahan darah beberapa hari terakhir ini dan kini juga menolak dialog dengan mediator Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tapi Thailand tidak boleh terperosok ke dalam kekacauan. Masih ada jalan keluar yakni kembali ke meja perundingan, termasuk mengakui legitimasi pihak lawan. Namun dengan situasi yang begitu teracuni, tanpa mediator yang netral bahkan mungkin juga mediator internasional, hal itu tidak mungkin terjadi."
Sementara harian Perancis La Croix berkomentar:
"Gerakan kelompok Baju Merah adalah ungkapan tuntutan kelompok kelas menengah yang tengah terbentuk dan penduduk yang selama ini kurang memiliki hak-hak istimewa yang berambisi mencapai kesejahteraan dan tanggung jawab politik. Tantangan ini cepat atau lambat juga akan dihadapi negara-negara berkembang lainnya, terutama Cina atau Brasil dimana terjadi kesenjangan sosial yang ekstrim. Bagi stabilitas dunia penting untuk diketahui, apakah sebuah negara seperti Thailand dapat mengatasi kerusuhan ini. Orang dapat berharap penuh. 15 tahun lalu Thailand dan negara-negara Asia lainnya berhasil mengatasi krisis keuangan yang demikian buruk. Dan negara industrialisasi baru seperti Korea Selatan dan Taiwan memberikan contoh di kawasannya untuk pelaksanaan demokrasi dan pembagian kekayaan yang lebih baik."
Bencana cemaran minyak yang masih berlangsung di Teluk Meksiko juga menjadi sorotan media cetak Eropa. Harian Spanyol El Pais menulis:
"Cemaran minyak di Teluk Meksiko semakin membawa Washington ke dalam kesulitan. Bencana itu tidak hanya ditimbulkan dari rangkaian kesalahan dan kelalaian bukan hanya dari perusahaan BP, melainkan juga dari pemerintah negara adi daya terpenting. Seluruh keamanan pengeboran minyak lepas pantai meliputi suatu mekanisme yang lingkup kerusakannya sudah diketahui. Mantan Presiden Amerika Serikat George W. Bush melonggarkan proses keamanan, dan membebaskan perusahaan-perusahaan dari kewajiban menyodorkan rencana antisipasi jika terjadi bencana. Hal ini menjelaskan bagaimana ketidakberdayaan BP bereaksi terhadap bencana tersebut. Pengganti Bush, Barack Obama ingin meningkatkan penambangan minyak, tapi gagal memperketat peraturan yang longgar itu."
DK/CS/dpa