Kekerasan Bereskalasi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur
14 Oktober 2022Sekelompok pemukim Yahudi merusuh di Tepi Barat dan dilaporkan menyerang toko-toko serta warga Palestina dengan batu dan senjata tumpul, Kamis (13/10). Akibatnya lebih dari 40 warga mengalami luka-luka.
Situasi di Hawara yang berada di pinggiran Kota Nablus, utara Tepi Barat, sudah memanas dalam beberapa pekan terakhir, sejak kelompok militan Palestina menembaki pengendara Yahudi di jalan raya.
Pejabat Palestina, Ghassan Daghlas, mengatakan insiden di Hawara diawali dengan kedatangan sekitar 70 pemukim Yahudi garis jeras dari wilayah sekitar. Dia mengklaim mereka memukuli warga, merusak toko dan kendaraan, serta membakar taman kota.
Menurut Daghlas sedikitnya 22 warga Palestina cedera akibat lemparan batu, sementara 20 lain mengalami luka bekas pukulan.
"Aparat Israel tidak melakukan apapun kecuali melindungi mereka,” kata dia.
Sejumlah video saksi mata yang beredar di media sosial menampilkan serdadu Israel berusaha memisahkan kedua kelompok, meski tidak melakukan intervensi. Aparat berjaga-jaga di sekitar pemukim Yahudi dan sesekali menembakkan peluru ke udara ketika aksi kekerasan bereskalasi.
Tegang di Yerusalem
Kerusuhan di Hawara terjadi berbarengan dengan bentrokan di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, ketika warga Yahudi garis keras merayakan pekan raya Sukkot di pemukiman Palestina. Polisi membalas lemparan batu warga Palestina dengan tembakan peluru tajam, gas air mata dan granat kejut.
Situasi kian memanas usai tokoh ekstrem kanan Yahudi, Itamar Ben-Gvir, mengunjungi Sheikh Jarrah, pada Kamis malam dan melakukan agitasi. "Teman-teman, kalau mereka melempar batu, tembak saja!” serunya kepada pemukim Yahudi, sembari memegang sepucuk pistol.
Kementerian Kesehatan palestina melaporkan, sebanyak 18 warga mengalami luka-luka. Konfrontasi oleh pemukim Yahudi juga terjadi semalam sebelumnya di sejumlah wilayah di Yerusalem Timur.
Situasi keamanan menjadi sengit setelah ekstremis Palestina membunuh seorang serdadu Israel di pintu masuk kamp pengungsi Shuafat, awal pekan ini. Insiden tersebut memicu aksi penggerebekan oleh militer dan kepolisian.
Polisi menutup pintu keluar-masuk di Shuafat dan melakukan pemeriksaan terhadap semua kendaraan yang lewat. Warga akibatnya harus mengantri dan tidak lagi bisa pergi bekerja atau bersekolah.
Sebagai ungkapan solidaritas, toko-toko, pusat bisnis dan sekolah di penjuru Yerusalem Timur ditutup sepanjang Rabu (12/10).
Israel mengklaim penggerebekan terhadap jejaring militan terpaksa dilakukan karena sikap acuh aparat Palestina. Sebaliknya pemerintah di Ramallah menuding, aksi sepihak oleh Israel justru melemahkan otoritas Palestina dan diniatkan untuk memperkuat cengkraman militer yang menduduki Yerusalem Timur selama 55 tahun.
rzn/as (ap,rtr)