Gebrakan Putin Untuk Melanggengkan Kekuasaan?
16 Januari 2020Sehari sebelumnya, Dmitry Medvedev mengumumkan pengunduran diri dari jabatan Perdana Menteri sekaligus pembubaran kabinet. Langkah itu mengagetkan kalangan pengamat di dalam dan luar negeri, karena datang secara tiba-tiba. Medvedev sendiri dikenal sebagai orang dekat Putin, yang selama ini setia mendampinginya.
Segera setelah pengumumpan pengunduran diri Medvedev, Putin mengajukan nama calon penggantinya, Mikhail Mishustin. Hari Kamis (16/1), majelis rendah Rusia menetapkan dia sebagai Perdana Menteri baru. Di luar negeri, hampir tidak ada orang yang mengenal siapa Mishustin. Sedangkan Dmitry Medvedev diangkat sebagai Ketua Dewan Keamanan.
Dalam komentar yang disiarkan televisi, Medvedev mengatakan dia mengundurkan diri sehubungan dengan usulan perubahan sistem pemerintahan seperti yang diajukan Vladimir Putin dalam pidato kenegaraannya.
Presiden Rusia antara lain mengusulkan amandemen konstitusi, antara lain penyusutan kekuasaan presiden. Nantinya Perdana Menteri tidak diangkat oleh seorang presiden, melainkan oleh parlemen, dan hanya bisa dipecat oleh parlemen juga.
Komentator politik berspekulasi, Putin yang masa jabatannya akan berakhir tahun 2024 dan tidak bisa diperpanjang lagi, ingin kembali berkuasa sebagai Perdana Menteri dengan cara menguasai parlemen.
Semua diatur oleh Putin?
Usulan Putin dan pengunduran diri Medvedev memang jadi kejutan besar bagi banyak warga dan media Rusia sendiri. Terutama karena nama yang diusulkan Putin sebagai Perdana Menteri baru tidak dikenal luas.
Orang lalu mengingat lagi gaya Vladimir Putin merebut dan mempertahankan kekuasaan. Dia mulai berkuasa tahun 1999, ketika menjadi penjabat presiden setelah pengunduran diri Boris Yeltsin yang mengejutkan pada Malam Tahun Baru 1999.
Setelah menjalani masa jabatan kedua sebagai Presiden sampai 2007, Putin sesuai konstitusi Rusia tidak bisa dipilih lagi. Banyak orang mengira dia akan segera turun dari kekuasaan. Ternyata Putin menemukan cara lain yang tidak disangka-sangka: Dia menunjuk Dmitry Medvedev dan bertukar jabatan sebagai Perdana Menteri.
Ketika Medvedev menjadi presiden, masa jabatan presiden berikutnya diubah dari empat menjadi enam tahun. Pada 2012, Putin kembali menjabat sebagai presiden dan Medvedev menjadi perdana menteri. Dengan demikian, Putin bisa menjabat lagi sebagai presiden untuk dua masa jabatan berturut-turut.
Mengokohkan kekuasaan?
"Ini akan meningkatkan peran parlemen dan partai-partai di parlemen," kata Putin ketika mengusulkan agar Perdana Menteri tidak dipilih lagi oleh presiden. Dia juga mengatakan yakin bahwa Rusia tetapakan tetap stabil jika diperintah di bawah sistem parlementer.
Vladimir Putin sudah berkuasa lebih lama daripada semua pemimpin Rusia atau Soviet lainnya sejak Josef Stalin, yang memimpin sejak 1924 hingga kematiannya pada 1953. Di bawah undang-undang saat ini, Putin harus mundur pada 2024 setelah masa jabatannya berakhir.
Tapi banyak orang sekarang berpikir, Putin sedang membuat peluang dan mengokohkan kekuasaan untuk beralih ke kursi perdana menteri lagi, setelah memperluat kewenangan parlemen dan wewenang presiden. hp/vlz (rtr, afp, ap)