Eskalasi Konflik Israel-Lebanon
14 Juli 2006Harian Inggris Guardian menulis:
"Pimpinan di Israel dan Palestina hanya bisa keluar dari jalan buntu berdarah ini melalui pragmatisme, tidak melalui kebanggaan diri. Para serdadu Israel yang ditahan hendaknya diperlakukan sebagai tahanan perang. Bukan sebagai sandera. Tapi memang, peluang mereka bisa selamat lebih besar, jika mereka ditukar dengan ribuan tahanan Palestina dan lebanon di penjara Israel. Perdana Menteri Ehud Olmert sudah menegaskan tidak akan melakukan itu, sekalipun pemerintahan-pemerintahan sebelumnya pernah melakukan hal tersebut, bahkan menukar tahanan dengan jenazah serdadu."
Sementara harian Perancis Liberation menilai:
"Seperti biasanya di Timur Tengah, perkembangan berbagai peristiwa sangat tergantung pada tindakan para pengambil keputusan yang berada di belakang layar. Kelompok Hamas dan Hisbollah punya banyak pendukng di kalangan masyarakatnya. Tapi mereka juga tergantung dari kelompok pendukung di luar negeri, terutama di Damaskus dan Teheran. Reaksi Israel sudah bisa dibayangkan, yaitu pengerahan kekuatan militernya yang memang sulit ditandingi.“
Harian Perancis lainnya Le Figaro juga menyoroti peran Iran dan Suriah dalam eskalasi konflik Israel-Lebanon. Harian ini berkomentar:
"Destabilisasi Israel bisa jadi kepentongan Iran dan Suriah. Bagi Damaskus, tujuan utamanya adalah mengalihkan perhatian dunia pada pengusutan internasional dalam kasus pembunuhan mantan perdana menteri Rafik Hariri. Sedangkan Teheran sedang beradu kekuatan dengan Barat. Untuk menghindari meluasnya spiral kekerasan ini, semua pihak perlu mempengaruhi Damaskus dan Teheran, agar mereka membujuk Hisbullah membebaskan serdadu Israel yang diculik.“
Harian Italia Il Messaggero melihat masih ada kemungkinan penyelesaian konflik melalui jalan diplomasi. Tapi semakin lama semakin sulit. Harian ini menulis:
"Perang gerilya, perang urat syaraf dan motivasi politik bercampur dan menjadikan kekalutan di jalur Gaza suatu krisis yang sulit ditebak bagaimana akhirnya. Terutama sudah ada saling curiga yang mendalam, dan kelihatannya semua pihak mencoba melemahkan pihak yang lainnya dengan memanfaatkan krisis ini. Memang masih ada diskusi di kalangan diplomat dan dinas rahasia. Tapi makin banyak waktu hilang, perdamaian makin sulit.“