Eskalasi di Ukraina
Bentrokan keras antara aparat keamanan dan demonstan di Ukraina menelan korban jiwa. Tapi para demonstran bertekad untuk melanjutkan aksi protes sampai Presiden Yanukovych mengalah.
Korban tewas di pihak demonstran
Beberapa orang tewas setelah terjadi bentrokan antara demonstran dan pasukan anti huru-hara. Menurut laporan media, kebanyakan korban tewas karena tembakan yang dilepaskan aparat keamanan. Dua korban tewas ditemukan di sebuah gedung setelah bentrokan.
Saling menyalahkan
PM Ukraina Mykola Azarov mengatakan, para pemrotes tidak bisa disebut pelaku aksi damai. Oposisi dan pemerintah saling menyalahkan dalam eskalasi konflik. Azarov mengumumkan, pemerintah tetap akan bertindak tegas. Ia menyebut para demonstran sebagai pelaku kriminal.
Polisi tidak bertanggung jawab
Pemerintah Ukraina menolak tuduhan terhadap aparat keamanan. Polisi tidak bersalah atas tewasnya peserta protes, karena polisi tidak menggunakan peluru tajam, demikian disebutkan. PM Azarov menegaskan: "Pemerintah tidak akan mengizinkan anarki dan perpecahan di negara ini."
Undang-undang represif
Sejak hari Selasa (21/01) berlaku undang-undang baru yang represif. Para demonstran dilarang menggunakan helm atau penutup wajah. Mereka juga dilarang membuat blokade atau mendirikan tenda. Siapa yang melanggar diancam dengan hukuman denda dan penjara.
Markas demonstran diserbu
Para pemrotes tetap bertahan di lapangan utama kota Kiev. Selasa malam, polisi menyerbu dan mencoba membubarkan massa. Aparat keamanan menggunakan gas air mata dan peluru karet, sementara demonstran membalas melempari polisi dengan batu dan bom molotov.
Aksi protes belum berakhir
Aksi protes dimulai di Ukraina akhir November lalu, setelah Presiden Viktor Yanukovych batal menandatangani perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa atas tekanan dari Rusia. Ribuan warga Ukraina lalu turun ke jalan menuntut pemerintahnya memperbaiki hubungan dengan Uni Eropa.
Menuntut kebebasan berpendapat
Para demonstran sekarang menuntut agar undang-undang yang baru dibatalkan. Selain itu mereka menuntut agar segera dilaksanakan pemilihan umum yang baru. Undang-undang yang baru juga membatasi kebebasan pers dan kebebasan berpendapat.
Juara tinju pimpin oposisi
Mantan juara tinju dunia, Vitali Klitschko memimpin aksi massa sejak awal. Klitschko menjadi salah satu pemimpin oposisi yang sempat berkonsultasi dengan Presiden Yanukovych. Namun pertemuan hari Rabu (22/01) tidak membuahkan hasil.