Erupsi Gunung Semeru: Penyebab dan Dampaknya
Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengalami erupsi pada Sabtu (04/12) sekitar pukul 15.00 WIB. Lebih dari 20 orang meninggal, puluhan lainnya luka-luka, dan ribuan warga mengungsi ke tempat aman.
Korban jiwa erupsi Gunung Semeru
Erupsi Gunung Semeru terjadi pada Sabtu (04/12) pukul 15.00 WIB. Berdasarkan data BNPB, hingga kini ada 5.205 masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Semeru. Sebanyak 1.300 orang di antaranya telah mengungsi. Jumlah korban jiwa juga bertambah menjadi 21 orang hingga Senin (06/12). Untuk korban luka berjumlah 56 orang. Terdiri dari 35 orang luka berat, dan 21 orang luka ringan.
Basarnas kerahkan tim untuk pencarian korban
"Lima tim itu terdiri dari banyak unsur di situ. Kita akan membagi lima tim ini ke empat sektor," kata Kepala seksi operasi dan siaga Basarnas Surabaya, I Wayan Suyatna, Senin (06/12). "Sektor A itu di Desa Curah Kobokan, sektor B itu di Desa Kajar Kuning, kemudian Sektor C ada dua tim di situ di penambangan pasir. Kemudian sektor D, itu di desa Kebondeli," tambahnya.
Warga kehilangan rumah dan ternak
Ratusan rumah di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, terendam abu vulkanik Gunung Semeru. "Harta benda kami habis. Hewan peliharaan kami mati semua," ujar Ponirin, warga yang ditemui di lokasi, Minggu (05/12). Beruntung, warga di kawasan tersebut selamat semua, karena seluruh warga berhasil mengevakuasi diri ke tempat aman.
Pantauan udara BNPB
Senin (06/12), kondisi di sepanjang daerah aliran lahar di Curah Kobokan, Lumajang, Jawa Timur, mengalami kerusakan dan tertutup material vulkanik dari awan panas guguran Gunung Semeru. Beberapa titik di sepanjang aliran lahar juga masih muncul kepulan asap dari material awan panas guguran. Jembatan Gladak Perak di Desa Curah Kobokan rusak dan memutus jalur darat antara Lumajang menuju Malang.
Potensi erupsi susulan
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (PVMBG KESDM) mengungkapkan erupsi Gunung Semeru masih bisa terjadi lagi. "Apakah masih ada potensi erupsi susulan? Pastinya masih ada erupsi susulan atau awan panas guguran itu masih ada, tetapi seberapa besarnya kami sulit menentukan itu," kata Kepala PVMBG KESDM Andiani.
Erupsi dipicu ketidakstabilan endapan
"Letusan Gunung Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian berupa penghancuran kubah atau lidah lava, serta pembentukan kubah lava atau lidah lava baru," ucap Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Lelono dalam kanal YouTube BPNB Indonesia, Sabtu (04/12). Penghancuran kubah mengakibatkan pembentukan awan panas guguran. Menurutnya, awan panas itu merupakan karakteristik Semeru.
"Paku Pulau Jawa"
Gunung Semeru, gunung berapi tipe A memiliki julukan Paku Pulau Jawa yang mengeluarkan awan panas guguran atau APG. Mengutip dari laman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, gunung api tipe A adalah gunung berapi yang punya catatan sejarah letusan sejak tahun 1600.
Material yang dikeluarkan Gunung Semeru
Material berupa batu, kerikil, abu, pasir dari awan panas guguran Semeru bisa menempuh kecepatan 100 kilometer per jam dan mengikuti lereng gunung berapi. Dari jauh akan tampak seperti awan bergulung-gulung yang turun lereng. Apabila terjadi di malam hari, penampakannya terlihat membara. ha/hp (Detik, BNPB)