Eropa Tak Siap Hadapi Teror Siber
11 April 2015Petugas anti teror di Paris menyatakan masih menyidik pelaku serangan yang mengaku sebagai pendukung Islamic State itu. Menteri dalam negeri Perancis Bernard Cazeuneve dalam konferensi pers di Paris hanya bisa menyatakan: berbagai elemen diduga terlibat dalam serangan peretasan. "Ini serangan teror", ujar dia.
Memang sulit melacak, apakah benar para peretas yang menamakan dirinya "kalifah siber" itu adalah "jihadis" Islamic State. Tapi yang jelas, perang asimetris yang melumpuhkan 11 kanal siaran TV global Perancis dan memadamkan seluruh aliran listrik ke stasiun TV itu selama 64 menit, merupakan ancama serius bagi keamanan siber di Eropa.
Serangan peretas ke TV5 dilaporkan masih terus berlanjut hingga sehari sesudahnya. Baru Kamis (9/4) petang situs web stasiun televis Perancis itu kembali bisa diakeses sepenuhnya walaupun di sana-sini masing alami gangguan. Fakta ini menunjukkan, bahwa para peretas yang mengaku "kalifat siber" tidak berhenti melancarkan operasinya.
Kapasitas terlalu kecil
Jerman yang seperti juga Perancis tergolong maju teknologinya, menanggapi serangan itu menyatakan, tidak tertutup adanya serangan peretas serupa terhadap stasiun televisi Jerman. "Terdapat banyak celah akses serangan peretas, karena stasiun televisi makin banyak bekerja berbasis internet dan teknik mobile", ujar jurubicara jawatan Jerman untuk keamanan teknik informatika, Matthias Gärtner.
Ketua komisi pertahanan di parlemen Jerman, Hans-Peter Bartels bahkan lebih jauh lagi mengungkapkan kelemahan pertahanan siber di Jerman. Angkatan bersenjata Jerman yang seharusnya juga mumpuni menanggulangi serangan teror siber dan menyerang balik, ternyata kapasitasnya masih kecil.
"Perlindungan infrastruktur teknik informatika dari serangan peretasa memang di garis depan bukan tugas utama militer. Ada lembaga sipil jawatan Jerman untuk keamanan teknik informatika yang bermarkas di Bonn sebagai koordinator penangkal serangan siber", ujar pakar keamanan siber perleman Jerman itu. Tapi Bartels juga menekankan, secara keseluruhan serangan teror siber di Perancis menunjukkan ancaman bahaya serupa bagi peradaban elektronik secara umum.
Jurubicara computer chaos club yang merupakan himpunan hacker Jerman, Falk Garbsch juga memandang dimensi lain dari serangan ke TV5 Perancis itu. "Mula-mula stasiun TV yang diretas. Besok atau lusa peretas bisa menyerang dan melumpuhkan jaringan listrik serta suplai air minum sebuah kota atau negara", ujar pakar siber Jerman itu.
Senada dengan itu jurubicara DWChristoph Jumpelt menegaskan, walau seluruh sistem di DW sudah dilindungi dan teknik berada pada tatanan paling baru, tidak ada jaminan 100 persen aman dari serangan peretas. "Selalu ada risiko, sekecil apapun, untuk diserang dan dilumpuhkan", kata jurubicara DW itu.
as/rzn(ap,afp,dpa,epd)