260112 EU Nahost
26 Januari 2012Dulu, Condoleezza Rice dan Hillary Clinton, Menlu AS, dan utusan khusus George Mitchell, yang secara teratur muncul di Yerusalem dan Ramallah. Mereka berupaya mendorong proses perdamaian antara Israel dan Palestina, dan gagal. Sementara ini Amerika praktis mundur dari diplomasi Timur Tengah dan Eropa mengisi lubang yang ditinggalkan Amerika. Kini, dengan teratur dan gigih Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton bertolak ke Timur Tengah, setiap dua atau tiga bulan.
Hari Rabu (25/01), Ashton berada di Jalur Gaza, menandantangani perjanjian dengan UNHCR. Uni Eropa (UE) kembali mengambil alih beban utama pembiayaan badan PBB urusan pengungsi itu sebesar 55 juta Euro. Dana dialirkan untuk pendidikan, kesehatan dan bantuan sosial bagi warga miskin di Gaza. Tetapi Ashton ingin lebih dari itu, seperti diterangkannya di Gaza.
"Saya percaya pada solusi dua negara, dan saya percaya pada perundingan yang akan segera dimulai untuk mencapai solusi ini. Saya ada di sini untuk mendorong perundingan yang sesungguhnya, mengingat kondisi, terutama rakyat Palestina", kata Ashton.
Bantuan dari Berlin
Uni Eropa mengambil peran aktif dalam Kuartet Timur Tengah, yang juga beranggotakan Amerika, Rusia dan PBB. Amerika tampaknya sudah kehilangan kepercayaan pada perdamaian Timur Tengah. Rusia memang tak pernah terlibat secara istimewa, dan PBB percaya pada Catherine Ashton. Ia kini mendapat bantuan dari Berlin. Ashton menunjuk Andreas Reinicke sebagai utusan khusus UE bagi proses perdamaian Timur Tengah.
Reinicke masih menjabat Duta besar Jerman di Suriah. Tugasnya mendampingi Ashton dimulai 1 Februari mendatang. Reinicke akan memainkan peran kunci dalam upaya untuk membawa Israel dan Palestina kembali ke meja perundingan yang sesungguhnya, kata Ashton.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa itu memang butuh bantuan segera. Pasalnya, perundingan di Amman, Yordania, tidak menghasilkan apa-apa. Pertemuan yang berlangsung sejak awal Januari itu seharusnya menjadi persiapan bagi perundingan yang lebih kokoh.
Adu argumen sengit
Kuartet Timur Tengah sudah menetapkan tenggat waktu. Sampai Kamis ini (26/01) kedua pihak harus mengajukan usulan tentang pengaturan keamanan dan garis perbatasan kelak antara negara Palestina dan Israel. Palestina menaati tenggat waktu, Israel tidak.
Rabu kemarin (25/01) para juru runding bertemu untuk ke-lima kalinya di Amman. Jitzhak Molho dari Israel dan Saeb Erekat dari Palestina. Menurut koran Israel "Ha'aretz", pada pertemuan sebelumnya, Sabtu (21/01), terjadi adu argumen sengit. Molho ingin merundingkan masalah keamanan secara terinci. Sebaliknya Erekat mendesak Israel untuk lebih dulu menyampaikan usulan tentang garis batas dan pengaturan keamanan.
Pihak Israel berdalih bahwa tenggat waktu Kuartet Timur tengah sudah lewat Kamis ini, dan ingin melanjutkan pembicaraan tentang perbatasan dan keamanan sampai akhir Maret. Palestina tidak bersedia. Delegasi Palestina hanya mau melanjutkan perundingan, bila delegasi Israel mengajukan usulan yang konstruktif.
Sebastian Engelbrecht/ Renata Permadi
Editor: Edith Koesoemawiria