Banjir Besar Melanda Jakarta
9 Februari 2015Sampai siang hari, hujan yang mengguyur kawasan Jabodetabek sejak Minggu malam sampai Senin siang (09/02) membuat sebagian besar Jakarta terendam banjir.
Sejumlah jalan utama di kawasan Jakarta Pusat ikut terendam dan menyebabkan kelumpuhan lalu lintas dan transportasi umum. Air juga merendam jalan-jalan di seputar Medan Merdeka dan Istana Presiden. Kompleks Balai Kota tempat Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berkantor ikut terendam.
"Ada 21 kelurahan yang terkena banjir. Jumlah ini meningkat dibanding hari kemarin, yang merendam 19 kelurahan," kata Edy Junaedi Harahap, Kepala Bidang Informatika dan Pengendalian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta. Di beberapa empat, tinggi air mencapai 70 cm.
Balai Kota dan sekitar Istana Negara terendam
Dini hari, salah satu gedung di Balai Kota mulai terendam banjir. Air masuk ke pelataran bawah Blok F. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Denny Wahyu mengatakan, air sempat mencapai ketinggian sampai 20 cm, sebelum kembali surut.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengakui, pihaknya memang belum siap mengantisipasi banjir di timur dan barat Jakarta, sebab tanggul-tanggul di sana belum siap.
"Tapi kalau kita bicara di Ciliwung saya akui sudah siap," kata Ahok di Balaikota Jakarta, Senin (09/02).
Namun Ahok mengaku kaget ketika tahu kompleks Istana Kepresidenan ikut kebanjiran. Dia mengatakan, penyebab banjir masuk ke kompleks Istana Kepresidenan adalah karena listrik mati. Akibatnya, pompa air di Waduk Pluit, Jakarta Utara, tidak berfungsi.
Karyawan pulang lebih cepat
Menurut dia, kawasan Ring 1 sebenarnya sudah bebas banjir, jika Waduk Pluit berfungsi dengan baik. Selain itu, pintu air Manggarai setiap hari selalu dibuka untuk menghindari adanya luapan air yang menyebabkan kawasan Istana terendam banjir.
Banjir di kawasan Jakarta Pusat menyebabkan beberapa perusahaan memulangkan karyawannya lebih cepat dibandingkan biasanya.
Tapi banyak karyawan yang pulang lebih cepat itu tetap saja tertahan di kawasan kerjanya, karena kesulitan mendapat transportasi umum.
hp/vlz (dpa)