Digertak Iran, AS Tangguhkan Sanksi Baru
1 Januari 2016Dalam suratnya kepada menteri pertahanan di Teheran, presiden Hassan Rouhani mengecam rencana AS menjatuhkan sanksi terhadap individu dan perusahaan yang membantu program rudal balistik Iran sebagai "intervensi ilegal dan mengancam." Karena itu presiden Iran ini menuntut reaksi yang sepadan dari pihaknya.
Rouhani mendesak menteri pertahanan, Brigadir Jendral Hossein Dehghan, agar "melanjutkan rencana memproduksi berbagai jenis peluru kendali dengan cepat dan keseriusan yang tinggi," karena dibutuhkan oleh militer.
Sikap Rouhani itu justru terbukti ampuh menggertak Amerika Serikat. Laporan terakhir menyebutkan Washington menangguhkan sanksi untuk waktu yang tidak terbatas.
AS mempertimbangkan sanksi tersebut menyusul laporan dua ujicoba peluru kendali antar benua yang digelar Iran dalam lima bulan setelah penandatanganan perjanjian nuklir di Wina, Austria. Ujicoba tersebut dinilai melanggar resolusi PBB.
Eskalasi hubungan diplomatik kedua negara menyusutkan harapan perbaikan situasi di kawasan setelah perjanjian nuklir disepakati Oktober silam.
Washington tuding Pasdaran lakukan provokasi
Baru pekan lalu militer AS menuding Garda Revolusi Iran melakukan ujicoba roket yang salah satunya meledak di dekat Kapal Induk USS Harry Truman di Selat Hormuz. Manuver tersebut dikecam "tidak profesional," karena membahayakan kapal dagang yang berlayar di wilayah perairan tersebut.
Namun Garda Revolusi menepis tudingan AS itu. Jurubicara Pasdaran, Jendral Ramezah Sharif mengklaim pihaknya "tidak merencanakan manuver latihan apapun di wilayah tersebut. " Ia sebaliknya menuduh AS sedang melakukan "perang psikologis" terhadap Iran.
Iran juga jengkel terhadap kebijakan anti teror baru yang disahkan Presiden Barack Obama pertengahan Desember silam. Undang-undang baru itu membatasi perjalanan masuk buat individu yang pernah berpergian ke Iran, Irak, Suriah atau Sudan dalam lima tahun terakhir.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif yang merupakan salah satu tokoh utama di balik kesepakatan nuklir, menyindir AS dalam pesan pergantian tahunnya. "Banyak yang telah dicapai di tahun 2015 lewat diplomasi. Mari belajar dari sejarah dan mengulangi keberhasilan, bukan kesalahan masa lalu," tulisnya.
rzn/as (afp,rtr,ap)