Dialog Harus Dilanjutkan
3 September 2010Harian Inggris Independent menulis:
Ada yang menyebutkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ingin agar tekanan internasional lebih ditingkatkan terhadap Iran sehubungan dengan program nuklirnya. Karena keinginan itu, Netanyahu menjadi lebih fleksibel dan mungkin bersedia menyetujui kompromi-kompromi yang diperlukan untuk pembentukan negara Palestina. Banyak pihak sudah merasa pesimis terhadap keberhasilan perundingan ini. Rasa pesimisme yang luas mungkin justru sebuah berkah. Karena pihak-pihak yang berunding tidak terlalu dibebani dengan harapan-harapan berlebihan. Di masa lalu, perundingan langsung antara Israel dan Palestina selalu dibebani oleh harapan yang tinggi, bahwa akan terjadi terobosan. Sekarang harus ditunggu, apa yang bisa dihasilkan dari pertemuan yang tidak dibebani oleh harapan akan adanya kemajuan.
Harian Perancis Ouest-France berkomentar:
Dalam isu Timur Tengah, orang perlu lebih banyak dari sekedar niat baik, untuk bisa tetap optimis. Tapi apakah ada pilihan lain? Menyerah begitu saja pada pesimisme bukanlah suatu opsi, baik bagi pihak Palestina maupun bagi Israel atau bagi Amerika Serikat. Lalu apa yang dilakukan Eropa? Eropa perlu gelisah karena ia tidak hadir di meja perundingan. Ketidakhadiran ini menunjukkan, bahwa status internasional Eropa sudah menyusut menjadi sangat kecil. Orang menuai apa yang ditaburnya.
Tema lain yang jadi sorotan pers adalah kasus Thilo Sarrazin, salah satu direktur Bank Sentral Jerman, Bundesbank, yang menyulut kontroversi. Pernyataan-pernyataan Sarrazin tentang warga muslim asal Turki dinilai cenderung menjurus pada diskriminasi dan rasisme. Bundesbank kini meminta agar Sarrazin dicopot dari jabatannya. Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung menulis:
Bank Sentral Jerman Bundesbank sejak hari Senin sudah mengambil jarak dari pernyataan-pernyataan ketuanya yang diskriminatif. Nada keras yang muncul dari Bank Sentral adalah pertanda, bahwa jajaran direksi Bundesbank sudah sangat kesal melihat citra Bank Sentral rusak oleh sepak terjang Sarrazin. Permohonan pemecatan diajukan karena ia dianggap sudah melanggar kode etik Bundesbank. Kode etik ini menuntut dari jajaran direksi, bahwa mereka setiap saat menjaga nama baik Bundesbank dan memupuk kepercayaan masyarakat pada institusi tersebut. Jajaran pimpinan Bundesbank sekarang mengambil langkah tegas, berdasarkan keyakinan bahwa sikap dan kata-kata Sarrazin telah merusak reputasi Bundesbank.
Harian Perancis Le Figaro berkomentar:
Kali ini, Thilo Sarrazin, yang memang dikenal sering mengeluarkan pernyataan bernada rasistis, telah melangkah terlalu jauh. Tesis-tesisnya akhirnya membuat ia kehilangan jabatannya sebagai salah satu pimpinan Bundesbank. Dengan teorinya tentang gen Yahudi dan serangannya terhadap kaum migran muslim, ia menyulut kemarahan para politisi dari semua partai, kecuali partai-partai neonazi. Skandal Sarrazin boleh jadi memperkecil peluang direktur utama Bundesbank Axel Weber untuk menggantikan Jean-Claude Trichet sebagai direktur utama Bank Sentral Eropa.
Hendra Pasuhuk/dpa/afp
Editor: Kostermans