Dalai Lama Diijinkan Kunjungi Taiwan
27 Agustus 2009
Tahun 2008 lalu, Taiwan masih menolak kedatangan Dalai Lama. Tapi sejak amukan badai Morakot, pemerintah Taiwan menghadapi kritik keras di dalam negeri. Dengan kunjungan Dalai Lama, pemerintah berharap bisa memperbaiki citranya di dalam negeri.
Presiden Taiwan Ma Ying-joeu sedang berada di lokasi yang hancur oleh angin topan Morakot, ketika ia kepada wartawan mengungkapkan rencana kunjungan Dalai Lama. Kami memutuskan untuk mengijinkan Dalai Lama berkunjung dan berdoa bagi korban yang tewas maupun yang hidup, kata Ma Ying-jeou. Ini mungkin bisa menjadi penghibur bagi mereka yang selamat dari topan.
Di Dharamsala, India, pusat komunitas Tibet yang terbesar di pengasingan, juru bicara Dalai Lama, Tenzin Thakla, membenarkan rencana itu. Ia mengatakan, pemimpin spiritual Tibet memang sangat ingin berkunjung ke Taiwan dan menyambut baik peluang yang diberikan. Namun ia tidak menyebut tanggal yang pasti. Segera setelah amukan topan Morakot, Dalai Lama sudah mengirim surat yang menyatakan dukacita dan simpati mendalam kepada para korban. Tenzin Thakla menegaskan, kunjungan Dalai Lama adalah untuk menenteramkan para korban dan berdoa. Di Taiwan ada komunitas warga Tibet yang cukup besar.
Kalangan politik di Taiwan berharap, rencana kunjungan Dalai Lama tidak memancing reaksi terlalu keras dari Cina. Sekretaris Jendral Partai Koumintang, Wu Den-yih, menyatakan, hal ini mungkin sedikit menganggu Cina, namun jika bisa dipahami bahwa kunjungan ini berkaitan dengan situasi bencana dan kemanusiaan, Cina akan menghormati keinginanan rakyat Taiwan.
Tahun 2008 lalu, presiden Ma Ying-jeou masih menolak kunjungan Dalai Lama dengan alasan, waktunya kurang tepat. Ketika itu, pemerintahan baru Taiwan memang sedang berusaha memperbaiki hubungan dengan Cina. Juru bicara kepresidenan Taiwan, Tony Wang, berpendapat, kunjungan kali ini tidak bakal mengganggu hubungan Taiwan-Cina karena sekarang hubungan itu sudah jauh lebih erat dibanding sebelumnya. Memang sejak memulai masa jabatannya bulan Mei tahun 2008 lalu, Presiden Ma Ying-jeou berusaha menghindari gangguan dalam hubungan kedua negara.
Kalangan pengamat menilai, dengan mengundang Dalai Lama, pemerintah Taiwan ingin mendongkrak citranya yang jatuh. Setelah amukan badai awal Agustus lalu, yang menewaskan ratusan orang dan mengakibatkan kerusakan besar, pemerintah memang menghadapi kecaman keras dari para korban yang selamat, karena bantuan datang terlalu terlambat. Ketika itu, Presiden Ma Ying-jeou secara resmi mengakui kesalahan pemerintah dan menyatakan bertanggung jawab atas kelambatan upaya penyelamatan. „Sekarang dia tidak ingin orang berpikir bahwa dia hanya peduli pada Cina. Dia ingin menunjukkan bahwa dia juga peduli pada Taiwan,“ kata pengamat politik Hsu Yung-ming dari Universitas Soochow, Taiwan.
Lalu bagaimana Cina akan bereaksi? Pengamat hubungan internasional di Universitas Beijing, Profesor Zhu Feng, menerangkan, ia tidak memperkirakan akan ada gangguan serius. Sebab hubungan dagang dan investasi tetap akan berlanjut. Mungkin akan ada beberapa saluran komunikasi politik yang terganggu untuk sementara waktu. Biasanya, opini publik di Cina memang menentang keras segala bentuk hubungan dengan pimpinan spiritual Tibet, Dalai Lama. Namun pemerintah Cina juga menyadari, kecaman keras terhadap Ma Ying-jeou hanya akan memperkuat kubu oposisi di Taiwan.
(HP/DGL/rtr, ap, afp)