Negosiasi Iklim Berakhir dengan Kesepakatan
18 November 2017Target Konferensi Iklim PBB di Bonn tahun ini tidak tinggi. Jika Kesepakatan Paris bisa terus berjalan, sudah dianggap sebuah kesuksesan. Kini semua delegasi bisa meninggalkan Bonn dengan perasaan senang.
"Pembicaraan soal iklim di Bonn bersifat mendasar," kata Paula Caballero, kepala urusan iklim global pada World Resources Institute. Pembicaraan ini "melandasi jalan untuk merampungkan serangkaian peraturan yang menyokong Kesepakatan Paris tahun depan." Ia menambahkan, konferensi di Bonn jadi peluang bagi negara-negara untuk menyatakan komitmen untuk meningkatkan target sendiri hingga 2020.
Caballero menyebut konferensi sebagai kesuksesan. Sementara Menteri Lingkungan Jerman Barbara Hendricks mengatakan, kami sudah mencapai target yang kami ingin capai di sini.
Walaupun Kesepakatan Paris sudah ditandatangani dua tahun lalu, peraturan bagi kerangka energi global ini belum ditetapkan. "Buku peraturannya" akan dirumuskan di konferensi iklim PBB tahun depan di Katowice, Polandia. Fokus konferensi tahun ini adalah untuk merumuskan rancangan bagi buku peraturan.
Proses panjang
Sejumlah rancangan berikutnya masih akan dibuat, mengingat negosiasi pelaksanaan masih akan diadakan dalam setahun ke depan.
Tetapi seperti dikatakan Alden Meyer dari Union of Concerned Scientists, "Dalam konferensi iklim tahun ini, Presiden Fiji membantu kami mendirikan bahtera yang diperlukan untuk membawa kita semua menuju masa depan energi bersih. Sekarang, terserah para menteri dan kepala pemerintahan untuk mengisi bahtera ini dengan ambisi yang makin besar dalam hal aksi kongkret bagi iklim."
Delegasi juga menandatangani Talanoa Dialogue, yaitu serangkaian langkah untuk mempercepat pelaksanaan aksi penyelamatan iklim dalam interval teratur. Serangkaian langkah atau "roadmap" yang akan berada dalam proses setahun kedepan akan membantu negara-negara menjembatani jenjang antara komitmen mereka dan apa yang diperlukan untuk meredam kenaikan suhu bumi. Demikian penjelasan Wendel Trio, Kepala Climate Action Network (CAN) Eropa.
Walaupun orang merasakan kesuksesan, ada juga kekhawatiran bahwa konferensi di Bonn hanya mencapai titik minimal yang diperlukan agar Kesepakatan Paris terus berjalan, tanpa mempercepat proses. Menteri Lingkungan Brasil Sarney Filho mengatakan, mulai sekarang kita semua harus mulai melangkah lebih cepat. Pekan ini Brasil terpilih sebagai tuan rumah untuk Konferensi Iklim PBB tahun 2019.
Bagaimana dengan ancaman Presiden AS Donald Trump?
Bisa dibilang yang paling penting dalam konferensi kali ini adalah hal yang terjadi di balik layar. Tidak ada satupun negara yang mengikuti langkah AS yang mengancam akan keluar dari Kesepakatan Paris. Sebaliknya, pernyataan Suriah untuk ikut dalam kesepakatan itu adalah kejutan yang sangat besar.
Delegasi AS tidak banyak bicara. Satu-satunya acara sampingan AS mempromosikan pengunaan bensin dari fosil, dan itu dibungkam aktivis. Sementara kehadiran AS yang paling dirasakan adalah dalam bentuk tenda sangat besar yang memampangkan tulisan "We Are Still In" ("kami masih ikut serta"). Ini adalah koalisi politisi AS, juga pebisnis dan pemimpin agama, yang berjanji akan setia kepada Kesepakatan Paris dan bekerja keras bagi aksi untuk iklim di tingkat lokal, sehingga AS akhirnya bisa mencapai terget pengurangan emisi yang kemungkinan besar tidak akan pernah dicapai Presiden Trump.
"Di luar ruang negosiasi, sejumlah besar suara terus menunjukkan dukungan kuat bagi aksi untuk iklim," kata Paula Caballero, kepala bagian iklim global pada World Resources Institute. Lebih dari 320 perusahaan besar, termasuk HP, Mars dan Wal-Mart akan menetapkan batas maksimal emisi berdasarkan hasil penelitian ilmuwan. Di luar ruang-ruang negosiasi, aksi bagi iklim di tingkat regional dan lokal di AS tampak nyata, demikian Caballero.
Penulis: Dave Keating (ml/vlz)