Carut Marut Sistem Perawatan Kesehatan di Rumania
21 Desember 2020"Sebagai dokter unit perawatan intensif, saya siap untuk menyelamatkan nyawa orang. Yang tidak saya persiapkan adalah mempertaruhkan nyawa saya sendiri untuk melakukannya," kata Dana Tomescu, Kepala Departemen untuk Anestesi dan Pengobatan Intensif di Institut Klinik Fundeni di Bukares kepada DW.
Tomescu mengaku selama pandemi ini ia merasa "terancam." Selama berbulan-bulan, dia telah berjuang sepanjang waktu untuk menyelamatkan nyawa pasien COVID-19 yang sakit parah.
"Ketakutan yang saya miliki pada awalnya, sebelum saya mulai berurusan dengan pasien COVID, telah berkurang, tetapi masih belum hilang," ia menambahkan.
Tingkat kematian tenaga kesehatan di Rumania tinggi
Angka kematian akibat COVID-19 di Rumania tergolong tinggi, termasuk di antara tenaga kesehatan. Pada awal Desember, serikat pekerja Solidaritatea Sanitara melaporkan rata-rata 6,8 kematian per 1.000 infeksi bagi orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan - angka yang lebih tinggi dibandingkan orang dengan usia yang sama yang bekerja di bidang lain.
Kepada DW, banyak dokter menceritakan tentang kekacauan, manajamen yang buruk, korupsi, dan kurangnya tindakan perlindungan di sana.
"Mayoritas masker yang kami gunakan sebenarnya dimaksudkan untuk digunakan dalam konstruksi. Di atasnya tertulis jelas: Bukan untuk penggunaan medis. Masker menyaring debu, asap - tapi sayangnya tidak melindungi Anda dari COVID," ungkap Tomescu.
"Orang-orang di jalan lebih terlindungi daripada kami," kata seorang dokter yang bekerja di rumah sakit Rumania lainnya yang tidak ingin disebutkan identitasnya.
Tragedi di rumah sakit di distrik Piatra Neamt, kota kecil di timur Rumania, menunjukkan bahwa manajemen yang buruk dapat berakibat fatal. Lima belas pasien di unit perawatan intensif (ICU) meninggal dalam kebakaran di sana pada bulan November. Kebakaran disebabkan karena sistem kelistrikan yang kelebihan beban. Catalin Denciu, dokter pemberani yang mencoba menyelamatkan para pasien dari kobaran api, menderita luka bakar serius dan kini dirawat di sebuah rumah sakit di Belgia.
Para dokter memilih bekerja di luar negeri
Kurangnya anggaran bagi sistem perawatan kesehatan Rumania juga menjadi salah satu masalah, bahkan sebelum pandemi virus corona muncul. Sistem perawatan kesehatan hanya menerima antara 5-6% dari PDB Rumania - sekitar setengah dari rata-rata Uni Eropa.
Institut Klinik Fundeni tempat Dana Tomescu bekerja merupakan salah satu yang terbaik di Rumania. Dengan bantuan donasi, klinik tersebut mampu meningkatkan kapasitas untuk merawat pasien COVID-19 dengan menyiapkan tempat tidur perawatan intensif tambahan, bersama dengan peralatan teknis yang diperlukan.
Namun, masalah lain muncul: "Kami tidak memiliki cukup staf," ujar Tomescu.
Dokter lain yang bekerja di Rumania mengungkapkan hal yang sama. "Bukan tempat tidur yang merawat pasien!" kata dokter tersebut. "Anda dapat menyiapkan 7.000 tempat tidur ICU baru dan masih belum menyelesaikan masalah, karena tidak ada cukup dokter, perawat, atau pengasuh untuk merawat pasien perawatan intensif ini. Para dokter telah meninggalkan negara ini," katanya dengan getir.
Sebuah studi OECD pada Mei 2020 menunjukkan bahwa sepertiga dari dokter terlatih Rumania bekerja di luar negeri. Artinya, Rumania memiliki angka emigrasi dokter tertinggi di dunia, disusul Zimbabwe, Belize, dan Republik Dominika. Menurut Asosiasi Medis Jerman, pada 2019 mayoritas dokter asing yang bekerja di Jerman berasal dari Rumania.
Menghadapi tantangan dari kelompok skeptis COVID-19
Selain buruknya manajemen dan upah yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya, para dokter Rumania juga harus menghadapi tuduhan tidak masuk akal dari kelompok yang tidak mempercayai pandemi COVID-19. Orang-orang berunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan seperti "Dokter pembohong!” dan "Jatuhkan kediktatoran para dokter!”
"Mereka adalah orang-orang yang tidak tertarik untuk mendengarkan argumen karena mereka merasa sudah mengetahui semuanya," kata Tomescu. "Saya ingin mengundang mereka yang skeptis atas COVID untuk mengunjungi kami sehingga mereka dapat melihat bagaimana kami bekerja dengan pasien COVID. Mereka harus mengalami bagaimana rasanya ketika kami kehilangan pasien yang meninggal karena penyakit yang belum pernah kami lihat sampai beberapa waktu yang lalu."
Dengan begitu Tomescu berpendapat bahwa para skeptis COVID akhirnya akan mengerti apa yang dihadapi para dokter sehari-hari dan mulai menerapkan protokol kesehatan salah satunya menjaga jarak.
(Ed: rap/)