Caleg Gagal: Gangguan Jiwa demi Sepotong Kuasa
17 April 2014Tubuhnya bergetar hebat. Sofyan berteriak lantang ketika dukun berupaya menenangkan bekas kandidat pemilu legislatif itu. "Jangan ambil suara saya. Saya sudah membayar banyak," tukasnya sembari dimandikan oleh sang dukun.
Sofyan adalah satu dari 230.000 caleg yang saling bertarung berebut kursi di tingkat lokal dan nasional di Indonesia. Sebagian yang gagal terpilih kendati banyak menggelontorkan duit, berpaling ke dukun atau mencari pengobatan mental.
Sebagian caleg-caleg gagal itu kini dikabarkan menderita stress atau depresi lantaran kehilangan harta untuk kampanye. Belum lama ini seorang ayah calon anggota legislatif Kabupaten Serang mengamuk lantaran sang anak gagal terpilih. Ia lalu memukuli warga dan memblokir jalan akses kampung.
Jumlah Caleg Stress Ribuan
Situasi pasca pemilu 2014 serupa dengan 2009 silam. Saat itu ribuan caleg mendapat penanganan medis lantaran menderita gangguan psikologis. "Mereka kehilangan uang, tanah, rumah dan bahkan seorang kandidat kehilangan isterinya karena terlalu sibuk berkampanye," kata Muhammad Muzakkin dari perhimpunan pengobatan tradisional yang sejauh ini sudah merawat 51 orang caleg.
Nyatanya di Indonesia sebagian besar caleg masih menggunakan uang pribadi untuk dipakai berkampanye. Mereka mengambil risiko dengan harapan bakal mendapat uangnya kembali ketika menjabat. Minimnya pendanaan dari partai memaksa caleg menyediakan sendiri biaya kampanye. Sebagian merangkul pengusaha atau pendonor, yang lain meminjang uang.
Masalah tersebut mulai mengundang perhatian pemerintah. Kementrian Kesehatan misalnya mengusulkan perubahan regulasi, agar setiap calon legislatif melewati uji kesehatan mental sebelum bisa mencalonkan diri.
Tanggungjawab Masing-masing
Dirjen Bina Kesehatan Jiwa pada Kementerian Kesehatan, Eka Viora menilai pemilu bisa menjadi "bencana" buat kandidat yang kalah. "Mereka tidak cuma kehilangan pekerjaan dan harta, tetapi juga harga diri," katanya.
Namun analis politik, Dodi Ambardi, menilai, adalah tanggungjawab masing-masing kandidat untuk memutuskan apakah mereka siap menanggung kekalahan. "Pemilu adalah pertaruhan penuh risiko," katanya. "Jika mereka tidak mampu, seharusnya mereka tidak terlalu percaya diri dan maju ke pemilu."
Dalam kasus Sofyan, ia menjual dua sepeda motor dan mengambil pinjaman dari rentenir sebesar 300 juta Rupiah untuk mendapat kursi DPRD di Cirebon. Dan kini bekas caleg itu harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pengobatan.
rzn/ap (afp,rtr)