"Jika kamu punya sampah plastik dan kardus, segera jual sampahmu di aplikasi dibuang.com. Sampah plastikmu bernilai Rp 3.000/kg dan sampah kardus Rp 2.5000/kg.” Dua kalimat ini tertulis pada laman Facebook yang ternyata milik sebuah aplikasi peduli lingkungan.
Jika dahulu saya sering melihat ibu saya menjual botol, kardus, koran tua ke tukang abu gosok yang lewat depan rumah, kini sampah botol plastik dan kardus ternyata masih bisa jadi duit dengan cara yang mengikuti kemajuan teknologi yakni lewat aplikasi digital. Yehuda Anthony Harahap menyebut ide membuat aplikasi untuk membeli sampah itu muncul setelah membaca sebuah hasil riset yang dilakukan oleh Universitas Georgia, Amerika Serikat yang menempatkan Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua yang dibuang ke laut setiap tahun, di seluruh dunia.
Data lain menunjukkan tingkat daur ulang di Indonesia dalam skala nasional rata-rata hanya 1,9% meski untuk wilayah metropolitan seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya mencapai 7,5%. Tetapi angka tersebut jauh di bawah negara maju seperti Kanada, Singapura dan Amerika Serikat yang memiliki tingkat daur ulang sebesar 40% ke atas.
Yehuda melihat keberadaan bank sampah sudah ada tetapi penyebaran dan dampak yang masih terbatas. Sebaliknya peran pemulung masih sangat menonjol dalam daur ulang sampah kota. Sampah memang masih menjadi problem di Indonesia, selain karena jumlah sampah yang dibuang besar, sampah umumnya masih bercampur aduk antara organik dan nonorganik. Kompas mendata total sampah seluruh Indonesia pada tahun 2020 mencapai 67,8 juta ton. Jakarta saja menghasilkan sampah 7.700 ton saban hari.
Jadi pemulung muda
Berbekal hasil riset Universitas Georgia itu, Yehuda pun terjun menjadi pemulung muda. Meski baru dua jenis sampah yang bisa didaur ulang, plastik dan kardus atau kertas, Yehuda menyebut sudah berhasil mendaur ulang 8 ton setiap bulan sejak April 2021. Keseluruhan sampah diterima pada 12 tempat pembuangan yang disebut Drop Box yang terletak di lokasi strategis di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Ada pula yang memanfaatkan layanan sampah diambil oleh kolektor. Semua prosedur dilakukan lewat aplikasi dan tentu saja semua diusahakan seringkas dan sepraktis mungkin.
Dari April hingga November 2021 sudah ada 1000 pengguna aplikasi yang memanfaatkan cara membuang sampah sembari mendapatkan uang. Paling tidak setiap minggu, ada pemasukan tiga puluh ribu rupiah dari daur ulang sampak plastik atau kardus ini untuk setiap pengguna aplikasi. Seluruh hasil penjualan sampah langsung ditransfer melalui berbagai bank atau aplikasi jasa keuangan daring lainnya sehingga sangat memudahkan penjual sampah.
Meski belum sampai setahun beroperasi, Yehuda sudah memasang target besar untuk tiga tahun ke depan yaitu menambah jenis limbah yang akan diproses seperti limbah elektronik, minyak jelantah, besi maupun kaca. Sedangkan untuk Drop Box rencananya akan dipasang 50 lagi awal tahun 2022. Menariknya, Drop Box yang digunakan pun ramah lingkungan karena mengandalkan tenaga surya. Sejauh ini Yehuda berusaha menarik minat publik untuk ikut peduli lingkungan dengan cara memilah sampah dan mendaur ulang sampah melalui dibuang.com terbatas melalui media sosial. Membangun kesadaran disampaikan lewat visual dan teks yang menarik dan informatif. "Langkah kecil dapat membawa perubahan besar. Mulailah dari diri sendiri”, begitu tulisan salah satu visual di Instagram @dibuatjadiuang untuk mengajak publik terlibat dalam upaya mendaur ulang sampah plastik dan kardus.
Yehuda juga berusaha mengangkat harkat para pemulung yang bekerja sama dengan cara menempatkan profesi mereka sebagai sesuatu yang penting. "Setiap profesi yang kita temui memiliki peran sangat penting bagi masyarakat tak terkecuali staf dibuang.com. Sampah bisa menjadi barang berharga yang menjadi sebuah mata pencaharian.”
Mengubah sampah menjadi sumber penghasilan memang belum dilirik oleh banyak orang, terbukti baru ada 1000 pengguna aplikasi yang sangat kecil dibandingkan jutaan warga Jakarta. Karena itu Yehuda berharap pemerintah dan swasta tertarik menjalin kemitraan dengan manajemen sampah ala pemulung daring ini. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah mempermudah akses bagi masyarakat yang ingin mendaur ulang sampah serta memberikan sosialisasi yang masif agar warga makin sadar untuk berpartisipasi.
Perusahaan swasta bisa menjalin kerjasama penjualan botol plastik atau kardus/kertas guna membantu daur ulang kantor perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan bagi masyarakat yang tertarik menjadi kolektor, pengepul atau penyedia bank sampah diundang ikut bergabung dalam gerakan ini sehingga akses pembuangan sampah dan proses daur ulang di Indonesia bisa menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan pelibatan semua pihak akan terjadi sinergi dan pengembangan jasa yang dapat menjadi solusi tepat guna untuk menyelesaikan problem sampah perkotaan yang sangat mendesak.
@monique_rijkers adalah wartawan independen, IVLP Alumni, pendiri Hadassah of Indonesia, inisiator Tolerance Film Festival dan inisiator #IAMBRAVEINDONESIA.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis