Brasil Siap Gelar Piala Dunia
1 Juli 2013Brasil berhasil. Juara dunia lima kali ini memenangkan Piala Konfederasi. Banyak yang beranggapan, adalah "wajib" bagi Brasil untuk menang dalam turnamen ini. Namun, dengan lawan-lawan sekaliber Italia, Meksiko dan Spanyol, Selecao mengalahkan tim yang juga berpeluang besar dalam Piala Dunia tahun depan. Lagi pula, hasil ini memberi semangat baru bagi tim Brasil yang prestasi timnasnya tidak bisa dibanggakan dalam beberapa tahun terakhir. Dan sebagai tuan rumah uji coba jelang Piala Dunia 2014, Brasil menunjukkan keunggulan dan juga kelemahan yang masih harus dibenahi.
Spanyol Tak Berkutik
Gol dan kemenangan di stadion Maracana Rio de Janeiro disambut warga Brasil bagai kemenangan Piala Dunia. Bagaimanapun juga, Selecao mengalahkan juara Piala Dunia dan Piala Eropa dengan skor telak 3:0 (2:0). Gol dicetak oleh Fred (2., 48.) dan Neymar (44.). Gemuruh 80.000 suporter Brasil seperti mematikan semangat Spanyol. Tim matador seperti tidak bisa menemukan bentuk permainan. Para pemain terkesan letih. Kesempatan mencetak gol dari titik penalti, gagal dimanfaatkan oleh Sergio Ramos di menit 55.
Akhir dari perjuangan Spanyol, jelas terlihat melalui foul Gerard Pique terhadap Neymar di menit 68. Pemain bertahan FC Barcelona ini tidak melihat jalan lain untuk menghentikan aksi Neymar di kotak penalti. Pique mendapat kartu merah atas pelanggaran tersebut. Spanyol untuk pertama kalinya kalah setelah 29 pertandingan wajib.
Pelatih Brasil Luiz Felipe Scolari memohon untuk tidak membesar-besarkan kemenangan di Piala Konfederasi. "Kami belum mencapai kondisi yang maksimal. Ini hanya semacam batu loncatan. Tapi setidaknya kami memiliki lebih banyak kepercayaan diri." Untuk ketiga kalinya secara berturut-turut dan empat kali secara keseluruhan, Brasil memenangkan Piala Konfederasi. Bagi rakyat Brasil yang percaya tahayul, ini bukan pertanda yang baik. Karena belum pernah ada juara Piala Konfederasi yang memenangkan gelar Piala Dunia di tahun berikutnya.
Bagaimana dengan Brasil sebagai tuan rumah dan masalah keamanan? Ini bisa Anda simak di halaman kedua.
Pada hari terakhir pertandingan, kembali terjadi aksi demonstrasi. Menurut perkiraan polisi sekitar 5000 orang memprotes korupsi dan masalah ekonomi di Brasil.
Masalah Keamanan
Ini jauh lebih sedikit dibanding pekan lalu. Saat itu 300.000 orang turun ke jalanan di Rio. Demonstran melempari polisi dengan batu dan bom molotov. Polisi bereaksi dengan gas air mata. Lebih dari 11.000 pasukan keamanan dikerahkan saat pertandingan final berlangsung. Presiden Brasil Dilma Roussef membatalkan kehadirannya. Saat pertandingan pembukaan Piala Konfederasi, Roussef dan presiden FIFA Sepp Blatter disoraki oleh para penonton di stadion.
Walau aksi protes semacam ini tidak akan berlanjut saat Piala Dunia bergulir, bukan berarti tidak akan terjadi bentrokan. Pakar sepak bola Brasil yang berasal dari Jerman, Oliver Seitz berpendapat: "Polisi bersikap sama kerasnya terhadap para suporter pada pertandingan liga yang kritis seperti terhadap para demonstran. Jadi pertandingan derby yang panas pada Piala Dunia, seperti misalnya Brasil lawan Uruguay atau Argentina, bisa saja memicu bentrokan." Seitz tidak yakin, polisi Brasil bisa belajar dari pengalaman menghadapi aksi demonstrasi saat Piala Konfederasi.
Kekurangan di Berbagai Sektor
Bagi peserta turnamen tidak hanya masalah keamanan yang menjadi sorotan. Timnas Uruguay misalnya memprotes lapangan latihan yang tergenang air. Squadra Azzura pada awalnya juga tidak bisa melakukan latihan sesuai jadwal. Seitz menambahkan, "Saya mendengar dari penonton yang memerlukan empat hingga lima jam sampai tiba ke stadion. Para jurnalis bercerita, wifi di ruang pers kadang tidak berfungsi dengan benar." Seitz optimis, berbagai kekurangan tersebut tidak akan kembali terjadi saat Piala Dunia.
Jurnalis sepak bola Martin Curi de Copa juga yakin dengan kemampuan Brasil sebagai tuan rumah. "Brasil setiap tahun mengorganisir karnaval, belum lagi kunjungan Sri Paus, festival musik Rock in Rio, dan konser Rolling Stones. Lebih dari 1 juta pengunjung hadir. Saya tidak tahu mengapa orang begitu skeptis dengan penyelenggaraan Piala Dunia."