Pencak Silat di Jerman Kekurangan Guru
9 Februari 2019Boris Sebastian Gürtler sudah aktif berpencak silat selama 35 tahun. Menurutnya keanekaragaman dalam seni bela diri ini merupakan hal yang unik. "Kombinasi dari keanggunan dan pertarungan membuat Pencak Silat sangat memikat," ujar Presiden Persatuan Pencak Silat Jerman (PSUD) di Berlin.
Di awal tahun ini PSUD menggelar turnamen Pencak Silat Berlin Open 2019. Acara yang akan diadakan setiap tahun ini diikuti oleh hampir 100 pesilat dari berbagai perguruan Jerman dan Belanda. Anak-anak berusia 4 tahun sampai orang dewasa berusia 49 tahun berkompetisi dalam acara yang diadakan untuk kedua kalinya.
Boris Gürtler menyatakan sangat senang dengan antusiasme para peserta dalam pertandingan ini, terutama banyaknya peserta dari kelas anak-anak. "Mereka adalah tokoh masa depan yang akan melanjutkan estafet pelestarian budaya pencak silat di Eropa”, ujarnya.
Ia menambahkan, bahwa cukup mudah membuat orang Jerman tertarik dengan pencak silat. "Terutama seni Pencak Silat tradisional yang elegan dan elok langsung meninggalkan kesan positif," lanjut Gürtler yang bergelar Pendekar.
Secara berkala perguruan-perguruan yang dipayungi PSUD, seperti Tapak Suci, SiGePi dan Perisai Diri, mengadakan banyak pertunjukan Pencak Silat di seluruh Jerman. Manager tim nasional Jerman Ronny Müller dari Bongkot Harimau juga sangat aktif dengan workshop pencak silatnya dalam bidang pencegahan kekerasan untuk anak-anak dan remaja. Melalui acara-acara ini semakin banyak orang Jerman yang berkenalan dengan pencak silat dan ingin menekuninya.
Sejak Boris Gürtler memulai page-nya di Facebook yang bernama Pencak Silat – Germany, permintaan untuk belajar pencak silat kepada PSUD juga semakin melonjak. "Kami bahkan kesulitan untuk menemukan cukup banyak pelatih untuk para peminat baru ini," kata Gürtler. Tahun ini PSUD sedang mengusahakan agar tiga guru besar dari Jogjakarta datang ke Jerman, tetapi kendala birokrasi masih merintangi rencana ini.
Dukungan kepada para pemain pencak silat Eropa diberikan oleh Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, yang hadir di acara Berlin Open 2019 tersebut, Menurutnya, "kalau turnamen pencak silat di Eropa, pesertanya seharusnya hanya dari Eropa saja. Kalau peserta dari Asia juga ikut, nanti peserta dari Eropa jadi kalah saing. Kita harus bisa legowo memberikan kesempatan bagi peserta Eropa untuk menjuarai turnamen seperti ini. Hal tersebut akan meningkatkan ownership mereka terhadap Pencak Silat".
Memang Boris Gürtler mengakui, orang Jerman lebih unggul secara fisik karena mereka lebih tinggi sehingga mereka umumnya lebih kuat. "Tetapi orang Indonesia biasanya lebih lincah dan gesit," tambahnya.
Dengan adanya kegiatan turnamen yang terintegrasi di berbagai kawasan di Eropa, diharapkan Dubes Havas, akan terbentuk komunitas pencak silat yang lebih besar. Berlin Open yang diselenggarakan PSUD pada musim dingin dapat melengkapi turnamen Federasi Pencak Silat Belgia (BPSF) yang diselenggarakan setiap musim panas.
Boris Gürtler juga mempunyai impian sendiri bagi dunia persilatan: "Pencak Silat Eropa saya harap akan tumbuh mandiri seperti sebatang pohon, sehingga bisa menjadi hutan yang penuh warna ketika bertemu dengan akar Indo-Melayu-nya." (ag/vlz - kbri)