Boko Haram Tinggalkan Perundingan Damai
21 Maret 2012Rabu (21/03), di utara kota Maiduguri, Abul Qaqa, yang mengaku sebagai juru bicara Boko Haram mengatakan, pemerintah Nigeria tidak menepati janji yang telah dikatakan. Akhir pekan lalu, ketua Dewan tertinggi untuk Hukum Syariah di Nigeria Ibrahim Datti Ahmad, melepaskan jabatannya sebagai penengah konflik pemerintah Nigeria dan Boko Haram. Alasannya, Datti Ahmad menilai banyaknya rincian dialog yang dibocorkan sampai ke masyarakat umum. Ia menuduh pemerintah bertanggungjawab atas hal ini.
Tidak Mempercayai Pemerintah Lagi
Pihak Boko Haram sendiri menyampaikan, awal tahun 2012 digelar pertemuan antara anggota Boko Haram dan wakil dari pemerintah. Saat pertemuan berlangsung, seorang anggota Boko Haram ditangkap. Kelompok radikal ini menyatakan tidak lagi mempercayai pemerintah sejak kejadian tersebut.
Juru bicara Boko Haram menekankan, mereka sejak awal sudah meragukan keseriusan dan kemauan pemerintah. Namun Datti Ahamad meminta kepada Boko Haram untuk memberikan kesempatan kepada pemerintah dan untuk mempercayai pemerintah. “Sayangnya, kami kecewa,“ dikatakan juru bicara Boko Haram. “Kami telah menutup semua pintu perundingan. Kami tidak akan pernah lagi mengikuti imbauan untuk meletakkan senjata.“
Perdamaian Semakin Jauh dari Nigeria
Pemerintah Nigeria belum memberikan reaksi atas pembatalan perundingan yang dinyatakan Boko Haram. Seorang pejabat keamanan mengatakan, pekan lalu Boko Haram telah mengusulkan gencatan senjata selama tiga bulan jika seluruh anggota mereka yang ditahan dibebaskan dan jika pemerintah tidak lagi melakukan penangkapan. Dikatakan, pemerintah masih sedang membicarakan usulan tersebut. Satu sumber diplomatik mengatakan adanya “kontak nyata“ antara pemerintah dan Boko Haram melalui pihak perantara.
Boko Haram dituduh bertanggungjawab untuk sejumlah serangan yang menewaskan lebih dari 1.000 orang sejak tahun 2009. Aksi teror kelompok Boko Haram, yang menolak segala bentuk cara hidup Barat, terutama ditujukan pada warga Kristen di wilayah utara Nigeria, yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Pada awalnya, kelompok radikal ini, yang menamakan diri sebagai taliban nya Nigeria, mengaku akan memperjuangkan pembentukan negara Isalam di utara Nigeria. Namun tujuan dan struktur kelompok ini semakin tidak jelas. Sementara serangan yang dilakukan Boko Haram kini semakin terencana dan mematikan.
Dengan mundurnya Boko Haram dari proses perundingan, situasi di negara penghasil minyak terbesar dunia ini semakin tidak jelas.
Yuniman farid (dpa/afp)
Editor: Andy Budiman