Boateng: “Tidak Ada Anak yang Terlahir Rasis”
4 Juni 2020DW: Sebagai seorang warga Jerman, apa pendapat Anda tentang yang terjadi di Amerika Serikat (AS) saat ini?
Foto-foto kejadian mengejutkan saya. Beberapa yang muncul di media sosial saat ini juga terlihat brutal. Dan sayangnya, aksi unjuk rasa juga berujung ricuh. Meski begitu, kasus George Floyd menunjukkan kepada kita betapa luasnya rasisme terhadap warga kulit hitam di Amerika, serta penggunaan profil rasial yang turut dimainkan. Saya merasa sangat sedih karena saya sendiri sering berada di Amerika dan saya sangat menyukai Amerika dan budayanya. Tapi tentu saja ini bukanlah hal baru, ini telah menjadi sesuatu yang ada di mana-mana. Rasisme ditemukan di semua tempat, tetapi ekstrem ditemukan di AS.
Saya membaca sebuah kutipan yang bagus baru-baru ini: Seolah-olah rasisme adalah sebuah ruangan gelap dan sesekali seseorang muncul menyalakan lampu sehingga semuanya terungkap.
Ketika Anda memikirkan berapa banyak hal yang telah dilakukan oleh orang Afrika-Amerika untuk citra dan budaya AS, bagi saya hal itu tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Dan saya hanya memikirkan tentang olahraga, mode, dan musik. Barack Obama sebagai presiden juga jadi sosok yang menentukan.
Apakah Anda melihat ada kesamaan dengan Jerman?
Tentu saja rasisme juga menjadi topik hangat disini, hal itu jelas sangat hadir. Dalam beberapa tahun terakhir kita telah melihat adanya serangan terhadap warga asing dan berbagai kelompok agama di Jerman. Secara keseluruhan, hal ini bergerak ke arah tertentu yang menurut saya lebih jauh dari sebelumnya.
Selama masa kecil di Berlin, saya juga mengalami rasisme, tentu saja. Tapi saya juga ingat ketika saya berada di lapangan sepak bola, bahwa dari mana Anda berasal atau apa agama Anda tidak pernah jadi masalah. Kami ada yang dari Iran, Afrika, Turki, Jerman. Kami tidak benar-benar memikirkan atau bahkan membicarakannya, karena semua adalah tentang kebersamaan.
Menurut Anda, apakah orang Afro-Jerman cukup diakui di Jerman?
Secara umum, orang-orang berdarah Afrika kurang terwakili di daerah-daerah tertentu. Meskipun, saya sering mendapat kesan bahwa atlet adalah orang-orang yang kerap mendapat pengakuan.
Tapi saya tidak ingin berbicara buruk tentang semuanya: pada dasarnya, saya merasa Jerman adalah negara yang terbuka. Secara pribadi, saya juga memiliki banyak pengalaman-pengalaman yang baik. Ada negara-negara lain di Eropa yang jauh lebih buruk.
Di dunia saat ini, apakah menurut Anda atlet dan olahragawan juga harus menjadi aktivis?
Suara kami tentu didengar, kami juga memiliki platform untuk menjangkau masyarakat. Tetapi saya pikir penting bahwa seharusnya hal itu tidak hanya terbatas pada media sosial saja. Inisiatif seperti Black Out Tuesday semuanya baik dan bagus, tetapi yang seharusnya benar-benar kita lakukan adalah turut berpartisipasi dan melakuan sesuatu, entah itu bekerja dengan anak-anak atau mendukung proyek integrasi lainnya. Semua orang bisa membantu.
Saya pribadi juga pasti akan melakukan sesuatu di bidang ini dalam waktu dekat. Sudah ada berbagai saran dan ide yang masuk.
Banyak pesepakbola kulit hitam yang telah angkat bicara tentang kejadian baru-baru ini. Tapi menurut Anda apa yang bisa dilakukan oleh rekan Anda yang berkulit putih?
Tidak semua atlet berkulit putih yang saat ini memutuskan untuk diam adalah rasis. Tentu saja tidak. Ketika saya menonton video unjuk rasa, saya melihat orang-orang dari semua warna kulit. Tetapi tentu saja akan sangat baik jika mereka menggunakan ketenaran mereka untuk mendukung tujuan ini. Banyak yang sudah melakukannya, tapi saya rasa masih ada banyak ruang untuk berbuat lebih banyak.
Adakah sesuatu yang belum saya tanyakan yang menurut Anda penting untuk disampaikan?
Semuanya dimulai dengan pendidikan untuk anak-anak. Itu yang paling penting. Tidak ada satu pun anak di dunia ini yang terlahir rasis. Semuanya tergantung pada orang tua mereka dan apa yang mereka ajarkan kepada anak mereka.
Hal terburuk yang mungkin bisa terjadi adalah anak-anak saya mengalami hal seperti ini. Sangat penting bagi kami untuk mengajarkan kepada mereka bahwa rasisme tidak dapat dapat diterima dan ketika mereka melihat seseorang dilecehkan, mereka harus membela dan tidak boleh tinggal diam. Hal itu harus dimulai di sekolah dan harus menjadi bagian integral dari kurikulum di dalamnya. Hanya dengan cara itu kita bisa membuat kemajuan.
Jerome Boateng dilahirkan di Berlin pada tahun 1988. Ia adalah putra dari seorang ibu berkebangsaan Jerman dan ayah dari Ghana. Boateng mengasah kemampuannya bermain bola di jalan-jalan kota sebelum akhirnya masuk ke Hertha Berlin dan muncul dengan penampilan profesional pertamanya untuk klub itu pada tahun 2007. Ia kemudian bergabung dengan Bayern München pada tahun 2011. Sejak saat itu ia telah tampil dalam 313 laga dan memenangkan 7 gelar Bundesliga, 4 Piala Jerman dan Liga Champions pada tahun 2013. Boateng menjadi andalan tim nasional Jerman antara 2009 sampai 2019. Selain muncul dalam 76 penampilan senior, ia juga membintangi tim yang mememangkan Piala Dunia di Brasil pada tahun 2014. Ia dinobatkan sebagai German Footballer of the Year di tahun 2016.
Wawancara bersama Jerome Boateng dilakukan oleh Jonathan Harding dari DW.