200409 Auto China
22 April 2009Contohnya, Opel, anak perusahaan General Motors di Jerman yang tengah dirundung krisis. Menurut sejumlah pakar, Geely, perusahaan otomotif swasta terbesar Cina yang bermarkas di kota pelabuhan Ningbo, berpeluang menyelamatkan Opel.
Namun, bos Geely Li Shufu mengaku, perusahaannya tak berambisi menanam modal di Jerman. Li Shufu mengatakan: “Kami hanya ingin memproduksi mobil kami sendiri. Tidak ada rencana besar lainnya. Tidak, kami hanya fokus pada mobil tipe Geely.”
Tak hanya Geely, konsorsium negara Cina lainnya pun dilirik pakar otomotif sebagai penanam modal yang berpeluang mengakhiri krisis yang dihadapi Opel. Misalnya FAW dan SAIC, dua mitra joint venture Volkswagen di Cina. Memang, belum ada kepastian dari FAW atau SAIC. Tapi, SAIC sudah memiliki kerja sama dengan perusahaan asing selain Volkswagen. Melalui kemitraannya dengan General Motors, SAIC meluncurkan sebuah mobil yang memakai teknik Opel di Cina.
Selain Opel, sejumlah perusahaan mobil Jerman lainnya juga mempertimbangkan kemitraan dengan produsen mobil. Di sela-sela pameran Otomotif Shanghai yang digelar antara 20 sampai 28 April, bos Daimler Dieter Zetsche mengatakan: "Sudah lama ada ketertarikan mendasar. Tapi apakah ini nantinya akan membuahkan hasil, masih harus ditunggu. Saat ini, kami sangat puas dengan investor terbaru kami. Tapi tentu saya tak ingin membatasinya pada mereka."
Sejak Maret tahun 2009, sebuah perusahaan investasi Arab Saudi adalah pemegang saham terbesar Daimler dengan sembilan persen. Namun, Zetsche tetap bungkam mengenai produsen mobil Cina yang berpotensi menjadi mitra Daimler.
Penjualan mobil di Cina tetap stabil di tengah-tengah krisis ekonomi yang melanda negara tirai bambu. Untuk segmen premium, perusahaan Jerman Audi memegang pangsa pasar terbesar tahun 2008 lalu. Audi berhasil menjual 120.000 mobil yang adalah peningkatan 17 persen.
"Cina termasuk pasar yang masih tumbuh - berbeda dengan pasar dunia lainnya. Program pemerintah mendongkrak permintaan dan pernjualan. Ini membantu kami. Sebagai merk premium yang memimpin pasar kami diuntungkan hal ini." Demikian dikatakan pimpinan Audi Rupert Stadler.
Tak hanya Audi, Daimler pun mencatat kenaikan penjualan. Padahal, Cina menetapkan sejumlah pajak yang menyebabkan harga mobil mewah Jerman naik sepertiganya. Dieter Zetsche mengungkapkan: "Kita sukses besar dalam tiga bulan pertama, penjualan meningkat 30 persen dibanding tahun lalu. Tidak ada negara lain di mana kami menjual mobil tipe S seperti di Cina."
Cina tak puas hanya menjadi penonton di pasar otomotif. Negara Tirai Bambu berambisi untuk menjadi salah satu pemain aktif. Hampir semua perusahaan mobil Cina berencana melempar produknya ke pasar dunia dalam jangka panjang. Masalahnya, sektor ini masih menghadapi banyak masalah. Salah satunya, terlalu banyak pesaing dengan sekitar 40 produsen mobil yang memadati pasar dalam negeri Cina.
Eberhard Niering, eksekutif perusahaan mobil Brilliance mengakui: "Pemasaran baru saja dikembangkan oleh produsen Cina. Kalau saya melihat setahun lalu, sebagian besar bahkan belum memiliki bagian marketing."
Mobil Cina merk Brilliance belum berhasil memasuki pasar Jerman karena catatan buruk dalam sejumlah crash test. Produsen asal Cina lainnya seperti misalnya BYD sementara ini mengincar pasar lainnya, kata wakil presiden BYD Nian Yubo: “Rusia, Timur Tengah, Mesir, Iran, Amerika Selatan. Tahun lalu kami mengekspor 10.000 mobil. Krisis hampir tidak berimbas pada kami, karena kami mengutamakan pasar Cina. Kami berhasil melipat-gandakan penjualan dalam negeri: Antara Januari sampai Maret penjualan mencapai 80.000 mobil.”
Sebagai perbandingannya, Volkswagen menjual 112.000 mobil. Tapi, di masa depan, produsen Cina harus dipertimbangkan sebagai pesaing di pasar otomotif dunia.
Astrid Freyeisen/Ziphora Eka Robina
Editor: Yuniman Farid