Banyak Negara Arab Tanggapi Pidato Obama dengan Dingin
20 Mei 2011Di sebagian besar kawasan Arab, pidato Obama ditanggapi dingin atau bahkan negatif. Suriah menyebutkan tidak ada yang baru dalam pidato tersebut. Dalam politik Timur Tengah, Washington hanya menegaskan kembali dukungannya terhadap Israel. Juga Mesir menanggapi dingin pidato Obama itu. Terutama kritik dilontarkan pada sikap tidak konsisten pemerintahan di Washington dalam menangani konflik dengan rezim di Afrika Utara.
Sementara, Israel menyatakan tidak puas dengan usulan proses perdamaian dalam pidato Obama. Kubu lawan politik Obama, menilai pidatonya mengecewakan. Jim Carafano pakar politik luar negeri Heritage Foundation dari partai konservatif menyebutkan, pidato itu menunjukan bahwa pemerintah Amerika Serikat nyaris tidak memiliki pengaruh lagi di dunia Arab.
"Obama menuntut mundurnya Mubarak, setelah yakin, ia memang harus hengkang. Ia mendukung rakyat Libya, setelah perang saudara pecah. Ia mengecam Suriah setelah semua pihak melakukannya. Ia bersorak jika yang lainnya begitu dan tidak menunjukkan kekuatan kepemimpinan," dikatakan Jim Carafano.
Walaupun dilontarkan banyak kritik, namun beberapa kalangan menilai positif pidato Obama itu. Secara keseluruhan pada prinsipnya pidato Obama itu cukup berhasil. Demikian kata Lawrence Korb dari Center for American Progress yang berhaluan liberal. Korb menyebutkan, janji penghapusan utang Mesir sebesar satu milyar Dolar sebagai langkah simbolis penting ke arah yang tepat. ”Sebetulnya itu hanya perubahan distribusi uang belaka. Kita tetap memberikan uang dalam jumlah besar kepada Mesir, yang merupakan penerima terbesar kedua bantuan keuangan AS,” ditambahkan Lawrence Korb.
Yordania memuji isi pidato Obama, mengenai didirikannya sebuah negara Palestina di dalam wilayah perbatasan sebelum 1967. Juga Jerman memuji pidato Obama mengenai politik AS di Timur Tengah dan Afrika Utara itu.
Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle mengatakan, Obama melontarkan pesan penting bagi proses perdamaian Timur Tengah."Pesan utama pidato itu adalah, pemerintah AS kembali memiliki keberanian untuk juga ikut menentukan proses perdamaian di Timur Tengah. Revolusi di dunia Arab merupakan peluang bagi kemajuan dalam proses perdamaian. Sebaliknya, proses perdamaian Timur Tengah juga memiliki kontribusi penting, bagi berhasilnya revolusi demokratis di dunia Arab."
Realitasnya, dalam dua tahun terakhir ini, sejumlah prakarsa yang digagas pemerintah Barack Obama untuk mendorong dilanjutkannya proses perdamaian Timur Tengah mengalami kegagalan. Sejauh ini AS juga tidak mengajukan rencana konkrit dalam tema ini. Obama tetap hanya sekedar mengimbau Israel dan Palestina agar menjalin konsensus. Sekarang, dengan pidatonya yang mendukung didirikannya negara Palestina di dalam garis perbatasan sebelum tahun 1967, Obama juga menyinggung perasaan Israel. Dengan itu, para pengamat politik meyakini, proses perdamaian Timur Tengah tidak diharapkan dapat mencapai kemajuan.
Agus Setiawan/dpa/rtr/afp
Editor: Vidi Legowo Zipperer