1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Banjir Melanda India Utara

6 Agustus 2010

Menyusul Pakistan, kini India juga dilanda banjir. Hujan lebat yang turun di kawasan wisata Ladakh, Himalaya, mengakibatkan banjir. Menurut keterangan kepolisian, bencana banjir itu menewaskan lebih dari 100 orang.

https://p.dw.com/p/OeIo
Petugas penyelamat dan warga sedang berusaha mencari korban selamat di balik reruntuhan gedung, Leh, India, Jumat (06/08).
Petugas penyelamat dan warga sedang berusaha mencari korban selamat di balik reruntuhan gedung, Leh, India, Jumat (06/08).Foto: AP

Setidaknya 100 orang meninggal dunia dan sekitar 370 orang menderita cedera ketika bencana banjir dan tanah longsor melanda negara bagian Jammu dan Kashmir di India, hari Jumat (06/08). Menurut keterangan resmi, banyak rumah dan gedung pemerintahan yang hancur akibat bencana tersebut.

Bencana banjir itu disebabkan oleh hujan deras yang turun pada Kamis malam (05/08) di daerah Leh, kota administratif distrik Ladakh, yang terletak 420 km dari ibukota negara bagian Jammu dan Kashmir, Srinagar.

Lebih dari 100 Jenazah Berhasil Diangkat

"Keseluruhan terdapat lebih dari seratus jenazah yang berhasil diangkat dalam operasi hari ini di wilayah yang terkena banjir," ujar pejabat administratif senior Leh, Tsering Wangchok kepada kantor berita DPA melalui telepon.

Di antara korban tewas terdapat tiga serdadu dan empat anggota polisi yang tewas ketika melakukan tugas penyelamatan, demikian dilaporkan jaringan televisi NDTV. Aparat setempat mengatakan tidak ada wisatawan yang tewas dalam bencana itu.

Wangchok menyebutkan bahwa sekitar 370 korban luka-luka sedang mendapatkan perawatan medis di rumah sakit militer setempat.

Indien Flut
Foto: AP

Dikhawatirkan Jumlah Korban Tewas Meningkat

Hujan lebat yang melanda wilayah Himalaya menghambat upaya penyelamatan. Selain itu, puluhan polisi paramiliter masih dinyatakan hilang, 20 jam setelah peristiwa tanah longsor tersebut.

Wilayah Ladakh yang dihuni mayoritas umat Budha ini merupakan tujuan wisata populer di India. Kota utama wilayah itu, Leh, berada pada 3500 meter di atas permukaan laut.

Pemerintah setempat khawatir, jumlah korban tewas terus meningkat. Diyakini masih banyak orang yang terperangkap di bawah reruntuhan bangunan.

Kepala kepolisian negara bagian Jammu dan Kashmir Kuldeep Khoda mengatakan bahwa gumpalan tebal awan gelap menaungi kota Leh dan pedesaan di sekitarnya. Awan tersebut menyebabkan hujan lebat yang akhirnya mengakibatkan tanah longsor dan banjir.

Sebuah kamp paramiliter, sentra telepon dan sebuah rumah sakit setempat mengalami kerusakan hebat. Choglamsar, satu dari lima desa di kawasan itu mengalami kerusakan terparah akibat banjir dan tanah longsor.

"Kekacauan terjadi di tengah malam setelah hujan deras. Warga panik ketika lumpur dan air ada di mana-mana," tutur seorang warga kepada stasiun televisi NDTV.

Bencana banjir merupakan hal yang luar biasa di wilayah gurun dan pegunungan Ladakh. Hujan juga turun di kawasan Himalaya di mana Ladakh berada pada musim penghujan antara Juni hingga September.

Bandar Udara Leh Terpaksa Ditutup

Pemerintah negara bagian mengerahkan 6000 serdadu dan anggota polisi serta menggunakan helikopter dalam melakukan upaya penyelamatan. Sementara itu seperti yang dilaporkan kantor berita IANS, pemerintah distrik setempat sudah menyediakan tenda bagi 2000 korban selamat di desa Choglamsar dan kota Leh.

Seorang juru bicara militer mengatakan kepada kantor berita AP bahwa seratus wisatawan asing, sebagian warga Eropa, berhasil diselamatkan. Saat ini, para wisatawan dilaporkan masih berada di Leh akibat bandar udara tidak beroperasi hari Jumat (06/08). Landasan bandar udara kota Leh dilaporkan terendam air dan jaringan infrastruktur jalanan rusak berat. Selain itu dilaporkan pula bahwa jaringan komunikasi dengan wilayah bencana terputus.

Perdana Menteri India Manmohan Singh memerintahkan pihak yang berwenang mengerahkan semua upaya bantuan bagi para korban dan akan memberikan bantuan keuangan senilai 100.000 rupee atau sekitar 20 juta rupiah bagi keluarga korban tewas.

Luky Setyarini/dpa/ap/afp

Editor: Marjory Linardy