Baling-baling Raksasa Penjelajah Samudera
19 Mei 2017Di wilayah timur Jerman, diproduksi propeler untuk kapal-kapal laut terbesar di dunia. Diameternya hingga 11 meter dan bobotnya 130 ton. Tapi polesan terakhir yang menentukan, tidak bisa dikerjakan oleh mesin. Insinyur Gerd Thiemann menjelaskan: "Pemoles melakukan langkah pengerjaan akhir yang penting. Semua yang dikerjakan sebelumnya, bisa rusak jika dipoles secara keliru. Karena itu pemoles harus sangat teliti."
Tidak ada propeler hasil produksi massal. Semua dibuat berdasar ukuran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing kapal. Waktu produksi bisa mencapai beberapa bulan.
Selama 24 jam, pekerja di pengecoran melebur beberapa jenis logam hingga menjadi cair. Komposisi ideal tembaga, aluminium dan besi diperoleh berkat pengalaman bertahun-tahun. Proses penuangan cor hanya 15 menit. Tapi langkah ini tidak kalah pentingnya. Thiemann: "Kalau saat pengecoran ada yang salah, skenario terburuknya propeler tidak bisa digunakan dan harus dilumerkan kembali. Karena itu sebelumnya ada simulasi proses pengecoran lewat komputer untuk ujicoba dan mengetahui apa yang terjadi."
Logam cair dipanaskan hingga lebih dari 1000 derajat. Suhunya seperti di dalam gunung berapi. Hanya dengan pakaian pelindung khusus, para pekerja bisa mendekati logam panas ini. Ada 150 ton logam yang harus dilelehkan. Ofen induksi terbesar di dunia pun tidak akan bisa menampungnya. Karena itu dibutuhkan beberapa ofen.
Tahap menuangkan logam cair mulai dituangkan cukup menegangkan. Proses pengecoran harus berjalan dengan mulus. Cairan logam dituangkan ke dalam cetakan yang telah disiapkan sebelumnya.
Lalu lintas kapal diharapkan bisa lebih cepat dan lebih hemat energi. Tuntutan pada kemampuan propeler semakin besar. Propeler harus sesuai dengan daya mesin kapal. Dengan daya lebih dari 100.000 PS, propeler yang sempurna bisa menghemat waktu dan uang.
Dua minggu kemudian propeler bisa diambil dari cetakan. Proses pembubutan seperti adegan dalam film fiksi ilmiah. Pekerja mengendalikan alat pengampelas dengan joystick. Mereka harus berhati-hati. Permukaan propeler tidak boleh terlalu banyak dikikis Untuk itu harus kerap diukur ulang.
Polesan terakhir harus dilakukan oleh manusia tanpa bantuan mesin. Pola yang tampak pada propeler adalah ciri khas produk perusahaan Jerman ini. Hal yang terpenting: produk akhir propeller ukurannya harus tepat, sesuai dengan perhitungan awal. "Pemolesan akhir sudut propeler yang sensitif tidak bisa dilakukan oleh mesin. Untuk itu dibutuhkan perasaan yang tidak dimiliki mesin. Ini hanya bisa dilakukan oleh pekerja dengan pengalaman bertahun-tahun," ujar Thiemann. Dua per tiga semua propeler raksasa di dunia berasal dari perusahaan Jerman ini.
vlz/as