Bahasa Indonesia Lebih Gampang, Kata Orang Jerman
19 Januari 2019Saya Anna, mahasiswi yang mengambil studi dengan bahasa pengantar Jerman di Universitas Passau. Sudah setahun saya berkutat di perkuliahan dengan bahasa pengantar Jerman, tapi tetap saja masih kesulitan untuk menulis formal. Padahal saya sudah belajar bahasa Jerman sejak 2013. Saya masih tidak percaya diri untuk berkomunikasi dalam bahasa ini, terutama pengucapan huruf "umlaut" seperti ä,ö,ü itu yang terdengar aneh.
Kesulitan mendasar saya saat coba menulis dengan bahasa Jerman adalah menentukan genus dari tiap kata, apakah kata ini bergenus maskulin, feminin atau netral. Selain itu masih ada empat kasus dalam gramatik bahasa Jerman, tiap kata itu bisa mengalami perubahan. Kata yang mengalami kasus itu perlu disesuaikan.
Itu baru kesulitan pertama. Kesulitan kedua adalah perubahan kata kerja yang disesuaikan dengan waktu penggunaannya. Sebuah kata kerja yang dipakai untuk waktu lampau, berbeda dengan kata kerja di waktu yang akan datang. Misalnya, kalimat yang dalam bahasa Indonesia berarti „saya tahu" tertulis berbeda untuk waktu yang lampau dan pada waktu sekarang.
Tapi bagaimana pendapat orang Jerman tentang Bahasa Indonesia?
Di Universitas saya ada mata kuliah bahasa Indonesia. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini ada sekitar lima puluhan. Tapi dosen pengajar bahasa Indonesia Kartika Wulang menjelaskan, mata kuliah bahasa Indonesia juga terbuka untuk umum. Jadi, peserta tidak hanya datang dari kalangan mahasiswa saja, melainkan juga dari berbagai kalangan yang tertarik belajar bahasa Indonesia.
Kartika mengenalkan saya kepada dua mahasiswa yang sedang belajar bahasa Indonesia. Kami bertemu di acara budaya "Indonesischer Kulturabend" di Universitas Passau. Acara itu diselenggarakan mahasiswa asal Indonesia yang ada di Passau awal Januari 2019 lalu. Sebagian mahasiswa Jerman yang sedang belajar bahasa Indonesia juga berpartisipasi, mereka menyanyikan lagu berbahasa Indonesia.
Sarah (26) mahasiswi Jerman jurusan Master Geographie, yang sudah belajar bahasa Indonesia sejak dua tahun lalu. Dia tertarik belajar intens sejak datang berlibur ke Indonesia. Dia sempat belajar bahasa Indonesia selama enam bulan di Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Kecintaannya pada budaya dan makanan Indonesia membuatnya senang belajar bahasa. Sarah berharap studi yang diambilnya dengan fokus Asia Tenggara suatu hari nanti bisa membawanya bekerja di Indonesia.
Leon (19) sedang mengambil studi Bachelor Ilmu Politik dan ingin belajar banyak soal politik di Indonesia. Leon pernah menghabiskan masa kecil di Bali dan berharap suatu saat bisa magang di Indonesia. Dia juga berharap, pelajaran bahasa Indonesia yang diambilnya dapat membantu dia berkomunikasi dengan keluarganya yang masih berada di Bali.
Sarah dan Leon sama-sama belajar bahasa Indonesia di tingkat A2. Di Eropa tingkat kemahiran berbahasa asing dimulai dari A1 hingga C2. Pada tingkat A2, peserta sudah dapat memahami dan berkomunikasi dalam situasi sederhana, misalnya informasi pribadi, keluarga, belanja dan pekerjaan. Saat berbincang dengan Sarah dan Leon tentang keluarga dan kegiatannya, mereka bisa menjelaskan dengan baik dalam bahasa Indonesia.
Saya kagum juga dengan kelancaran mereka berbahasa Indonesia. Mereka mengatakan, bahasa Indonesia itu mudah. Alasan pertama, tidak ada perubahan struktur kalimat yang berkaitan dengan waktu. Kata kerja yang digunakan untuk waktu 'kemarin' sama saja dengan yang digunakan untuk waktu 'besok'. Sementara dalam bahasa Jerman, kata kerja mengalami perubahan berdasarkan waktu dan ini memang harus dihafal karena tidak ada formula baku.
Alasan kedua, bahasa Indonesia tidak mengenal genus kata. Sementara yang belajar bahasa Jerman harus perlu mengingat dengan baik, apa genus dari suatu tersebut. Misalnya, meja dalam bahasa Jerman memiliki genus maskulin. Genus ini harus diperhatikan dalam pembuatan kalimat yang baik dan benar. Dalam bahasa Indonesia, itu tidak ada. Itu sebabnya, bagi Leon dan Sarah dan kebanyakan orang Jerman yang sedang belajar, bahasa Indonesia terasa lebih mudah.
Saya bertanya kepada Sarah dan Leon, apa kata dalam bahasa Indonesia yang menarik dan terdengar aneh bagi mereka. Mereka sama-sama menjawab kata "HATI-HATI". Mereka mengatakan, 'hati' adalah dari organ manusia, namun jika terjadi pengulangan kata 'hati', maknanya menjadi berbeda. Mereka berdua tertawa setelah menjelaskannya.
Sebelum mengakhiri percakapan, Sarah mengatakan ada satu kalimat bahasa Indonesia yang dia pelajari saat masih di Bali. Yaitu "Orang hebat tidak terlahir dengan mudah." Kutipan itu begitu berkesan bagi Sarah. Dan itu salah satu hal yang memotivasi dia mendalami bahasa Indonesia. Di Jerman sendiri ada beberapa universitas yang memang membuka pelajaran bahasa Indonesia. Kalau warga Jerman saja berpendapat, bahasa Indonesia itu mudah, mengapa kita tidak mudah berkomunikasi sehari-hari dengan bahasa Indonesia?
*Anna Knoebl adalah mahasiswa di Universität Passau
** **DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: [email protected]. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri.