Bagaimana Warga Kristen Palestina Rayakan Natal
24 Desember 2012Hanya beberapa kilometer dari danau Genesaret dan kota-kota di dekatnya Tiberias dan Kapernaun kesibukan persiapan Natal dilakukan. Jalan-jalan di kawasan warga Kristen di Magar dihiasi lampu terang benderang. Terutama usaha yang dilakukan warga di lingkungan tersebut untuk menghiasi satu-satunya gereja di tempat itu. „Jika saya memandangi gereja yang diterangi lampu-lampu, muncul rasa perayaan,“ kata Naim Artoul. Pria berusia 24 tahun itu secara khusus pulang ke kampung halamannya untuk pesta Natal. Ia lancar berbahasa Jerman karena menempuh studi kedokteran di Jerman.
"Kami di sini ada sekitar 5000 warga Kristen, oleh karena itu di sini lebih tenang dibanding di Nazareth,“ disampaikan Christian Tannous yang juga berusia 24 tahun dan kuliah kedokteran di Jerman. Sebaliknya jika di Betlehem dan Nazareth berkembang karena merupakan tempat tujuan utama para peziarah Natal dan pariwisata, di Maghar warga Kristen hanya berkumpul di antara mereka.
Misa Natal di Palestina
Pesta Natal di Arab berjalan agak berbeda dibanding di Jerman. Misa Natal baru dimulai pada Natal hari pertama tanggal 25 Desember. Di depan Gereja yang penuh sesak, semua tampak agak kacau meskipun demikian perayaan Natal berjalan semarak. Setelah misa orang saling bertemu untuk berbincang-bincang, di antara berbagai kelompok orang, anak-anak ramai berlari-lari, kemudian keluarga pulang bersama-sama ke rumah. „Pada keluarga kami Natal dirayakan seperti di Eropa, hanya tidak ada raklet melainkan makanan tradisional kami ‚Mangal' yakni daging panggang.“. Dikatakan Atoul yang kelihatan senang menjelang Pesta Natal.
Karena setiap keluarga Kristen memasang panggangan barbecue di depan rumahnya, orang tidak lagi dapat melihat langit karena penuhnya asap. Setelah cukup makan dan minum datang „Baba Noel“, yakni sebutan Sinterklas dalam Bahasa Arab, dan membagi-bagikan coklat dan permen kepada anak-anak.
Maghar terletak di utara Israel yang subur, di kawasan historis Galilea yang membentang dari Laut Tengah di Barat sampai ke lembah Yordan di Timur dan Bukit Hermon di Utara. Sekitar 20 ribu penduduk kota Arab itu terbagi dalam tiga kepercayaan. 57 persen memiliki kepercayaan Druze, 20 persen warga muslim dan 23 persen Kristen Katolik. Kawasan yang terletak di Gunung Hazour dan kawasan-kawasan tinggi memeluk kepercayaan Druze, di lembah-lembah tinggal warga Muslim dan Kristen. Kepemilikan agama penduduk didefinisi untuk kunjungan di perbatasan-perbatasan kawasan yang tidak terlihat. Penduduk Maghar tahu benar siapa yang tinggal di kawasan-kawasan tertentu dan waktu-waktu kapan orang sebaiknya menjauhi teritorial asing.
Minoritas di dalam Minoritas
Warga Palestina yang tinggal di Israel adalah kelompok minoritas yang kira-kira mencakup 20 persen penduduk. Warga Kristen Palestina di Israel adalah minoritas di dalam minoritas ini. Hanya 8 persen dari mereka beragama Kristen. Sisanya warga Muslim atau Druze. Sebagai contoh di Maghar menjadi jelas, bahwa kelompok minoritas Arab di Israel berdasarkan kepemelukan agamanya terpilah-pilah. „Saya kebanyakan tidak meninggalkan di kawasan saya dan sebetulnya cukup tenang di sini,“ kata Tannous tentang kehidupan sehari-hari di Maghar.
Tapi ketenangan itu rapuh. Februari 2005 terjadi kerusuhan, setelah tersebar desas-desus bahwa seorang remaja Kristen mempublikasikan foto telanjang seorang remaja perempuan warga Druze di internet. Ribuan warga Druze menyerbu ke kawasan warga Kristen, membakar mobil-mobil dan menjarah toko-toko.“
Insiden-insiden yang terjadi dulu masih mempengaruhi kehidupan sehari-hari di Maghar. Orang hidup saling berdampingan tanpa dialog, untuk melupakan kejadian –kejadian itu. “ Di antara warga muda pemilahannya makin besar,“ dikatakan Tannous lebih lanjut. Dan Artoul menambahkan, „tukang potong rambut saya warga Druze dan saya tidak punya masalah pergi belanja ke supermarket Druze. Tapi tetap ada perasaan tidak enak.” Sebuah situasi yang membayangi kawasan Israel yang banyak dilanda konflik.