Awan Gelap Mulai Selimuti Industri Otomotif
31 Agustus 2011Paruh pertama tahun 2011 menjadi kabar baik bagi para produsen mobil Jerman. Angka penjualan mencapai rekor tertinggi, permintaan melebihi total produksi, dan para pembeli harus melewati masa pemesanan yang lama. Tapi kini mulai terlihat awan gelap menyelimuti industri otomotif Jerman yang tengah menikmati masa sukses. Awal tahun depan, penjualan diprediksi stagnan. Baru setelah masa suram, angka penjualan diperkirakan kembali naik, meski di level lebih rendah dari masa-masa booming.
Prediksi ini menjadi kesimpulan studi Pusat Riset Otomotif CAR di Universitas Duisburg-Essen. Alasan di balik perkembangan ini beragam. Seperti dijelaskan oleh direktur institut, Ferdinand Dudenhöffer, mulai dari krisis utang di Amerika Serikat dan Eropa Barat, kemungkinan fluktuasi harga minyak bumi akibat pergolakan politik di Afrika Utara, bencana nuklir di Jepang, hingga strategi hengkangnya Jerman dari industri nuklir yang dinilai terburu-buru. "Jadi sekumpulan efek dari resiko yang tumpang tindih dan karena itu berimbas pada tahun 2012, kami perkirakan pertumbuhan akan melambat secara signifikan," tambahnya.
Pasar Asia ikut terseret
Di pasar raksasa Asia seperti Cina dan India, masih terus ada proses pertumbuhan. Tapi menurut Dudenhöffer nantinya pasar Asia juga akan ikut terkena. Hingga kini, sektor otomotif Cina tumbuh dengan laju 20 hingga 30 persen per tahun. Bahkan pada masa krisis finansial global setelah kebangkrutan Lehman Brothers. Semua itu karena pemerintah Cina telah memiliki program ekonomi untuk menangani tingkat konsumsi. Namun kali ini, program tersebut tidak akan mempan karena pasar Cina sudah menderita dari tingginya harga-harga. Stimulasi lanjutan terhadap tingkat permintaan domestik justru akan memperparah inflasi. Oleh karena itu, pasar otomotif Cina diprediksi hanya akan tumbuh sekitar 5 persen. "Angka positif yang didapat dari Cina dan India tidak mampu mengkompensasi angka-angka negatif di pasar lainnya," jelasnya.
Temuan Dudenhöffer juga memperlihatkan bahwa industri otomotif internasional akan meraup keuntungan terbesar tahun ini. Namun hasil tersebut tidak akan dapat dipertahankan tahun depan. Dudenhöffer memberikan rekomendasi, "Para produsen mobil harus sangat berhati-hati dengan kapasitas tambahan yang mereka rencanakan sekarang, dan jangan terlalu fokus kepada laju pertumbuhan, karena program rekrutmen dan pembiayaan dalam skala besar bagi para pekerja, jika tidak diatur dengan benar akan menimbulkan masalah."
Pergeseran peringkat produsen mobil dunia
Para produsen mobil Jerman saat ini fokus total kepada output produksi. Setidaknya menurut hasil studi teranyar Pusat Manajemen Otomotif CAM di Sekolah Tinggi Bergisch Gladbach. Hasil studi selanjutnya menunjukkan bahwa Volkswagen adalah produsen mobil terbesar di dunia. Posisi kedua ditempati perusahaan Jerman lainnya, Daimler. Ketiga ada produsen mobil Korea Selatan, Hyundai-Kia. Peringkat keempat kembali diduduki produsen mobil Jerman, BMW. Direktur CAM, Stefan Bratzel, berkomentar, "Tahun 2010 dan 2011 kurang lebih sama. Tahun-tahun yang menunjukkan tren positif bagi produsen mobil Jerman. Pangsa pasar bertambah, keuntungan sangat besar."
Studi yang telah digelar dalam 7 tahun berturut-turut tersebut menggunakan sistem perbandingan yang disebut 'Performa Otomotif.' Metode simpelnya sebagai berikut: "Kami biasanya menelaah sebelas kriteria seperti penjualan, inovasi dan data finansial." Yang mengejutkan bagi Bratzel adalah konsistensi grup otomotif Hyundai-Kia. Ia mengamati peningkatan yang stabil dari grup Asia tersebut dalam beberapa tahun terakhir. "Kontinuitasnya. Bagaimana produsen mobil Korea Selatan itu terus menghadapi masa depan, menjadi kejutan terbesar bagi saya. Terutama ketika momentum tersebut berlanjut tahun ini. Grup Hyundai menjadi saingan besar bagi grup Volkswagen. Mereka tengah bersiap-siap untuk menjadi produsen mobil terbesar," ungkapnya.
Yang lebih fenomenal lagi adalah kejatuhan grup produsen mobil yang sebelumnya memimpin, Toyota. Produsen mobil Jepang tersebut tenggelam dalam masalah kualitas produksi, dan tahun ini merosot ke posisi delapan dalam peringkat produsen mobil dunia. Posisi tersebut berarti Toyota hanya mampu mencapai posisi rata-rata.
Klaus Ulrich/Carissa Paramita
Editor: Vidi Legowo-Zipperer