Atasi Permainan Harga, Jerman Pusatkan Rantai Pasokan APD
31 Maret 2020Ketika virus SARS CoV-2 sudah menyebar secara global dan kasus COVID-19 meningkat secara eksponensial, masalah lain muncul.
Kekurangan peralatan medis seperti masker bedah, masker N95, baju hazmat, sarung tangan dan peralatan penting lainnya banyak dilaporkan terjadi di rumah sakit. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak awal Februari telah memperingatkan bahwa dunia akan menghadapi kekurangan peralatan medis secara global.
Dieter Wallström, seorang manajer pembelian di salah satu rumah sakit di Bayern utara, mengatakan kepada surat kabar Jerman Süddeutsche Zeitung bahwa di banyak rumah sakit yang dia tahu, petugas menjadi “sangat putus asa sehingga mereka membeli hampir semua barang”.
Dampaknya menurut dia, “pasar menjadi tidak terkendali, dan harga melambung tinggi”.
Wolfgang Appelstiel dan Olaf Berse, yang mengepalai pemasok peralatan medis rumah sakit nasional, Clinicpartner, sampaikan hal senada.
Perusahaan yang memasok peralatan medis bagi sekitar 400 rumah sakit dan klinik di seluruh Jerman ini mengakui bahwa kini sudah banyak bermunculan pemasok-pemasok meragukan yang menawarkan segala jenis produk yang kemungkinan merupakan barang palsu.
“Ini seperti sebuah pembelian yang tidak punya aturan”, ujar Berse kepada surat kabar Süddeutsche Zeitung.
Cakupan masalah ini cukup luas, sampai-sampai badan intelijen asing Jerman (BND), telah memperingatkan bahwa risiko di sektor kesehatan akibat “rantai pengiriman barang yang tidak transparan” tidak boleh diremehkan.
Produk-produk palsu bermunculan
Kekurangan peralatan medis ini terlihat jelas di banyak rumah sakit dan klinik di Jerman. Padahal sistem kesehatan di Jerman termasuk di antara yang terbaik di dunia.
Banyak direktur pengadaan rumah sakit yang melaporkan bahwa mereka tidak punya pilihan selain berusaha mensterilkan dan menggunakan ulang masker yang sudah dipakai karena adanya kelangkaan barang.
Tidak hanya itu, ada banyak laporan tentang alat pelindung diri (APD) palsu yang dijual, atau produk asli yang menghilang begitu saja sebelum sampai di kedatangan – dicuri oleh orang tidak bermoral yang ingin menjualnya kembali dengan harga selangit.
Europol, badan penegak hukum Uni Eropa, sebelumnya melaporkan tentang satu perusahaan Eropa yang memesan sekitar 6,6 juta euro (setara dengan Rp 118 miliar) masker pelindung dan disinfektan dari sebuah perusahaan di Singapura, namun barang pesanan ini tidak kunjung sampai. Demikian juga, pengiriman masker dari Kenya oleh pemerintah Jerman juga tidak pernah muncul. Dan Belanda baru-baru ini menarik kembali jutaan masker rusak yang dibeli dari Cina.
Pasar kini telah dibanjiri dengan “produk kesehatan dan sanitasi palsu”, dan bahkan obat-obatan palsu, kata agen kepolisian. Hanya melalui satu operasi terkoordinasi antara 3 dan 10 Maret, Europol telah berhasil menyita 34.000 masker bedah palsu.
Kementerian kesehatan turun tangan
Sekarang, dengan adanya seruan otoritas pengadaan barang secara terpusat, pemerintah Jerman akhirnya telah memulai proses tender secara terbuka bagi para pemasok yang dapat melewati persyaratan administrasi dan mempercepat pengiriman. Dalam proses tersebut, pemasok harus mampu menyediakan minimal 25.000 masker atau perlengkapan lain dengan standar kualitas minimum yang dibutuhkan, serta mengatur pengiriman barang.
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn pun telah menyerukan “pendekatan lain dan kemitraan baru” dalam rangka melengkapi petugas medis dengan peralatan yang lebih baik. Minggu (29/03), Spahn mengonfirmasi kepada surat kabar Jerman Welt am Sonntag bahwa pengadaan peralatan medis akan dilakukan secara nasional.
“Kita tentu ingin melindungi dokter, perawat dan semua orang yang bekerja di sektor kesehatan sebaik mungkin. Itulah makanya kenapa kita membeli peralatan pelindung medis di tingkat pemerintah federal dan memasoknya ke semua negara bagian dan asosiasi kesehatan masyarakat”, ujarnya.
Spahn mengatakan pendekatan itu akan menjamin bahwa harga yang ditawarkan kepada pemasok masker dan alat pelindung baik domestik maupun internasional, adalah harga yang adil dan masuk akal.
Anggota parlemen dan pakar kesehatan Jerman, Karl Lauterbach yang menyerukan tentang langkah-langkah itu, mengatakan kepada Süddeutsche Zeitung dan lembaga penyiaran publik WDR dan NDR pada hari Minggu (29/3) bahwa tindakan itu perlu dilakukan, tetapi ia meminta pemerintah untuk bertindak lebih jauh lagi. Dia mengatakan bahwa pemerintah harus segera membentuk agen federal dan menugaskannya dengan produksi dan distribusi barang di Jerman. (gtp/pkp)