AS Tuduh Korut Sengaja “Minta Perang”
5 September 2017Dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB di New York hari Senin (4/9), Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Nikki Haley mengatakan, Amerika Serikat tidak ingin perang, namun kesabaran AS „bukan tidak ada batasnya". AS akan mengajukan rancangan resolusi baru PBB terhadap Korea Utara dengan sanksi yang lebih berat lagi.
Cina, sekutu utama Korea Utara dalam bidang politik dan ekonomi, kembali menyerukan agar dilakukan perundingan langsung dengan Korea Utara. Sementara Swiss menawarkan diri untuk jadi penengah.
Angkatan Laut Korea Selatan hari Selasa (5/9) menggelar latihan dan memperingatkan Korea Utara, jika ada provokasi di perbatasan laut, maka "kami akan segera menembak mereka dan mengubur mereka di dasar laut”, kata kantor berita Yonhap.
Sehari sebelumnya, militer Korea Selatan menggelar latihan gabungan dengan simulasi serangan rudal ke lokasi-lokasi nuklir Korea Utara. Kantor-kantor berita melaporkan, Korea Utara mulai menyiapkan ujicoba baru rudal balistiknya. Hari Minggu lalu (3/9) Korea Utara menurut keterangan sendiri meledakkan sebuah bom hidrogen dalam ujicoba bawah tanah yang sukses. Getarana ledakan bawah tanah itu bisa dirasakan dan diukur sampai ke Eropa. Diperkirakan, bom yang diledakkan memiliki kekuatan 50 sampai 120 kiloton. Bom hidrogen berkekuatan 50 kiloton bobotnya tiga kali lebih besar daripada bom atom yang menghancurkan Hiroshima.
Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden AS Donald Trump telah sepakat untuk mendesak PBB agar segera menjatuhkan sanksi baru bagi Korea Utara, kata juru bicara pemerintah Jerman, Steffen Seibert, dalam sebuah pernyataan xsng dirilis hari Selasa (5/9).
"Dalam percakapan telepon, keduanya sepakat bahwa uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korut kemarin adalah eskalasi baru dari rezim negara itu yang tidak bisa dibiarkan oleh dunia internasional," tulis Seibert.
Selanjutnya disebutkan, "Kanselir Jerman dan Presiden AS berpandangan bahwa komunitas internasional harus terus menekan Korea Utara. PBB harus segera menjatuhkan sanksi yang lebih tegas."
Selain mendorong PBB, Merkel juga mendesak Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi yang lebih keras terhadap Korea Utara.
"Semua ini untuk mencegah Korut melakukan pelanggaran hukum internasional dan demi mencapai solusi damai dalam konflik ini," kata Seibert.
Wakil Cina di PBB, Liu Jieyi, menegaskan posisi negaranya yang ingin agar semua pihak kembali ke meja perundingan.
"Isu di semenanjung (Korea) harus diselesaikan dengan cara damai," katanya. "Cina tidak akan pernah menginjinkan chaos dan perang terjadi di semenanjung ini."
Presiden Swiss Doris Leuthard menyatakan, negaranya dan Swedia punya pengalaman panjang dalam diplomasi yang netral dan diskret.
"Saya pikir, sekarang lah benar-benar saatnya untuk dialog," kata dia. "Kami siap melayani sebagai penengah. Minggu-minggu depan, banyak hal akan tergantung pada pengaruh AS dan Cina dalam krisis ini."
hp/rn (afp, rtr, dpa)