AS dan Rusia Saling Tuduh di Ukraina
22 April 2014Joe Biden mengatakan kepada para pimpinan Ukraina, AS siap membantu perekonomian, namun Ukraina harus serius menangani "kanker korupsi" yang sudah merajalela. Dalam pertemuan dengan tokoh-tokoh terpenting di parlemen Ukraina, Biden juga mengatakan bahwa pemilu presiden 25 Mei mendatang adalah langkah bersejarah yang sangat penting.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS John Kerry menuntut Rusia agar menekan militan pro Rusia agar menarik diri. Washington menuduh Rusia mendukung gerakan separatis bersenjata yang menduduki gedung-gedung pemerintahan di Ukraina timur.
Tapi Rusia menolak tuduhan itu. Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov menuntut Amerika Serikat agar mendesak pemerintah Ukraina yang menurut Rusia telah "melanggar kesepakatan Jenewa".
Kesepakatan Jenewa yang dicapai oleh AS, Rusia, Ukraina dan Uni Eropa antara lain menuntut kelompok-kelompok milisi menyerahkan senjata dan "mengembalikan" gedung-gedung yang diduduki.
Saling tuduh
Kementerian Luar Negeri di Moskow menerangkan, Lavrov meminta Kerry agar menekan Kiev untuk "menghentikan provokasi konflik berdarah". Ia juga menuntut pemerintah Ukraina "memenuhi kewajiban mereka".
Lavrov selanjutnya menuduh Kiev "tidak mampu dan tidak mau" melucuti kelompok ultra nasionalis "Sektor Kanan" yang diduga melancarkan serangan ke kota Slavyansk hari Minggu. Tapi pemerintah Ukraina menuduh Rusia merekayasa serangan itu untuk mendapat alasan mengerahkan pasukan ke Ukaina timur.
Kelompok separatis pro Rusia menduduki kota itu dan memberlakukan jam malam. Tembak-menembak terjadi setelah kelompok penyerang datang dengan beberapa mobil. Sedikitnya dua anggota separatis pro Rusia tewas dalam serangan itu.
Operasi intelijen Rusia?
Kementerian Luar Negeri AS hari Senin (21/04) merilis foto-foto yang menunjukkan bahwa beberapa pimpinan gerakan separatis di Ukraina timur adalah anggota intelijen militer Rusia.
Sebuah foto antara lain menunjukkan seorang pria yang baru-baru ini terlihat Krimea dan Slavyansk. Pria yang sama terlihat berada di Georgia tahun 2008 dengan seragam militer Rusia. Ketika itu, pasukan Rusia sedang melakukan serangan ke Georgia.
Foto lain menunjukkan anggota militan di Slavyansk membawa peluncur roket jenis RPG-26 yang digunakan oleh militer Rusia. Jurubicara Kementerian Luar Negeri AS, Jen Psaki mengatakan, gambar-gambar itu adalah "bukti selanjutnya tentang hubungan antara Rusia dan militan bersenjata" di Ukraina timur.
Jurubicara Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa, OSCE, yang memonitor situasi di Donetsk menerangkan, belum ada tanda-tanda bahwa kubu separatis akan meninggalkan gedung-fedung yang diduduki.
hp/ab (afp, rtr, dpa)