Arab Saudi Catut Nama Indonesia dan Pakistan
16 Desember 2015
Arab Saudi membuat geger dunia saat mengumumkan koalisi Islam anti teror buat memerangi Islamic State. Tapi perkembangan baru membuktikan, insitatif militer bentukan kerajaan di jantung Teluk itu tidak sementereng seperti yang didengungkan.
Indonesia misalnya membantah klaim Riyadh perihal dukungan terhadap koalisi. "Mereka bilang kita mendukung. Dukungan apa?," tukas Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. "Indonesia tidak akan terlibat dalam aliansi militer dengan negeri manapun," ujarnya.
Retno mengakui, dirinya diajak bicara oleh Menlu Arab Saudi Adel al Jubair dalam beberapa kesempatan buat membahas koalisi tersebut. Tapi Riyadh tidak menjelaskan secara detail mengenai bentuk kerjasama yang dimaksud.
Hal serupa dialami oleh Pakistan yang disebut telah masuk dalam 34 negara anggota koalisi. Menteri Luar Negeri Aizaz Chaudry mengaku kaget mendengar hal tersebut dan baru mengetahui keterlibatan Pakistan di media massa.
Bukan Pertama Kali
Ia mengatakan pihaknya telah meminta Duta Besar Pakistan di Riyadh buat meminta klarifikasi dari pemerintah Arab Saudi tentang hal tersebut.
Ini bukan kali pertama Arab Saudi mencatut nama Pakistan dalam sebuah aliansi militer tanpa sepengetahuan pemerintah di Islamabad. Beberapa waktu lalu Riyadh juga menampilkan bendera Pakistan dalam koalisi pendukung operasi militer buat memerangi pemberontak Houthi di Yaman.
Saudi yang secara de facto dipimpin Pangeran Muhammad bin Salman al-Saud yang baru beruisa 30 tahun itu menggalang koalisi berisikan 34 negara buat memerangi teror. Selain negara-negara teluk, Mesir dan Turki, koalisi itu juga beranggotakan Afghanistan yang sedang sibuk dilanda korupsi, Chad yang nyaris bangkrut dan sebuah negara kecil bernama Republik Komoro di timur Afrika.
Diduga Riyadh menjanjikan bantuan keuangan bagi negara-negara yang mau mendukungnya dalam koalisi tersebut.
Sejauh ini Arab Saudi belum bersedia merinci bentuk kerjasama yang diidamkan. "Kami masih akan mempelajari apa yang diinginkan Arab Saudi dari koalisi ini, "ujar Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter.
Kritik juga muncul ihwal anggota koalisi yang cuma beranggotakan negara bermayoritaskan Islam Sunni. "Saya kira penting bahwa koalisi ini menjadi bagian dari proses Vienna dan melibatkan semua negara yang memerangi ISIS, seperti juga Iran," ujar Menteri Pertahanan Jerman, Ursula von der Leyen.
rzn/as (dpa,dawn,rtr)