Survei: Apa Kekhawatiran Terbesar Orang Jerman?
11 Oktober 2024Setiap tahun perusahaan asuransi R+V Versicherung membuat survei tentang kehawatiran orang Jerman. Lalu apa hasil survei tahun ini? Di peringkat teratas adalah kenaikan harga-harga dan inflasi. Di peringkat kedua tentang masalah kedatangan orang asing ke Jerman atau imigrasi, peringkat ketiga mengenai mahalnya biaya sewa tempat tinggal.
Tentang kenaikan biaya hidup, memang sudah menduduki peringkat teratas dalam tiga tahun terakhir. Padahal inflasi sekarang sudah turun ke tingkat normal, dan ketika inflasi mencapai tingkat tertinggi tahun lalu, baik pemerintah Jerman maupun perusahaan memberikan bonus inflasi sebagai gaji tambahan. Juga upah dan gaji dalam dua tahun terakhir menunjukkan kenaikan cukup signifikan. Tapi, kebanyakan orang Jerman tampaknya masih skeptis.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Direktur studi itu, Grischa Brower-Rabinowitsch, mengatakan kepada DW: "Ini adalah ketakutan yang sangat mendalam di Jerman. Dalam 33 tahun penelitian kami, ketakutan akan kenaikan biaya hidup telah menjadi ketakutan nomor satu di Jerman, menduduki peringkat teratas 14 kali. Begitu harga-harga naik, ketakutan ini akan muncul."
Untuk survei tahun ini, sekitar 2.400 responden berusia diatas 14 tahun disurvei antara bulan Juli dan Agustus. Secara keseluruhan, suasana tahun 2024 sebenarnya sudah membaik. Karena secara keseluruhan, kekhawatiran masyarakat sebenarnya berkurang sampai 8 persen, dibandingkan tahun lalu.
"Kami malah terkejut bahwa kekhawatiran sebagian besar masyarakat secara umum berkurang, terutama mengingat banyaknya diskusi panas di media. Yang tidak mengherankan adalah kekhawatiran terhadap perekonomian masih tinggi. Dan mengingat besarnya perdebatan mengenai imigrasi, kami tidak terkejut melihat bahwa masalah itu berada di peringkat atas," kata Grischa Bower.
Media bisa memperbesar kekhawatiran
Mengenai isu imigrasi, ada dua kekhawatiran utama, yaitu kekhawatiran bahwa masalah itu akan terlalu membebani anggaran negara, dan ketakutan akan meningkatnya ketegangan sosial dengan masuknya banyak orang asing. Namun angka-angka ini jauh di bawah angka tertinggi pada tahun 2016, ketika imigrasi ke Jerman berada pada titik tertinggi.
Kekahwatiran bahwa biaya sewa tempat tinggal akan menjadi tidak terjangkau menempati urutan ketiga. Grischa Brower-Rabinowitsch menjelaskan: "Dua atau tiga tahun lalu, masih banyak demonstrasi mengenai masalah ini, namun saat ini tidak, karena topik lain menjadi prioritas. Namun masyarakat sebenarnya menyadari bahwa ini masalah mendesak. Coba saja cari apartemen di Berlin, Frankfurt, München atau Düsseldorf, dan lihat seperti apa harganya."
Apakah media juga bertanggung jawab atas kekhawatiran orang-orang bahwa dompet mereka akan kosong pada akhir bulan, dan bahwa orang asing akan membanjiri Jerman?
"Tentu saja, media juga memengaruhi kekhawatiran orang-orang dengan memberitakan secara ekstensif tentang topik-topik tertentu. Kami telah melihat hal ini berulang kali selama 33 tahun terakhir, sejak kami memulai penelitian. Namun, pada saat yang sama orang-orang juga sangat sensitif terhadap peristiwa konkret yang nyata, seperti kenaikan harga atau serangan teroris."
Kekhawatiran terhadap terorisme dan terhadap ekstremisme politik memang meningkat paling tinggi sejak tahun lalu. Warga Jerman takut terhadap terorisme dari kaum islamis, diikuti oleh ekstremisme kanan.
Kepercayaan pada kemampuan politisi makin tipis
Lalu bagaimana tentang ketakutan terhadap bencana alam? "Faktanya, ketakutan terhadap bencana alam turun ke posisi ke-13 tahun ini, dan kekhawatiran tentang perubahan iklim turun ke posisi ke-15. Fokus masyarakat kini tertuju ke tempat lain. Pada tahun 2010, ketakutan terhadap bencana alam mencapai puncaknya, 20 persen lebih tinggi."
Yang menarik, kekhawatiran bahwa para pemimpin politik tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik ada di peringkat 6, masih lebih tinggi daripada ketakutan terhadap polarisasi dalam masyarakat. Bagi penulis studi, ini adalah vonis buruk bagi para politisi.
"Setiap orang kedua percaya bahwa politisi tidak lagi mampu memecahkan masalah kita, bahwa mereka tidak mampu mengatasinya. Kami juga bertanya kepada responden bagaimana mereka menilai politisi dari 1 hingga 6, dan nilai rata-rata untuk politisi adalah 4. Satu dari tiga responden bahkan memberi mereka nilai 5 atau 6. Itu benar-benar mengkhawatirkan," kata Brower Rabinowitsch.
Artikel ini diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman