Anjing dan Kucing Bisa Terinfeksi Virus Corona
Anjing dan kucing sering kali tertular dari pemiliknya yang menderita COVID-19. Binatang peliharan tersebut kerap menunjukan gejala, namun tidak parah.
Tetap jaga jarak ketika terpapar COVID-19
Jika pemilik terinfeksi COVID-19, dianjurkan agar anjing peliharaan bermain dengan boneka mainan. Periset di Utrecht, Belanda meneliti sampel tes RT-PCR dan darah dari 48 kucing dan 58 anjing yang terpapar COVID-19 dari pemiliknya dalam 200 hari belakangan. Mereka menemukan virus corona pada 17.4% kasus dan 4,2% binatang peliharaan menunjukan gejala sakit.
Binatang juga bisa sakit
Sekitar seperempat binatang yang terpapar juga bergejala sakit. Meskipun kebanyakan termasuk gejala ringan, namun tiga di antaranya bergejala parah. Untungnya, para ahli tidak mempermasalahkannya. Mereka mengatakan, binatang peliharan tidak memengaruhi pandemi. Faktor terbesar tetap penularan antar manusia.
Pelihara kucing atau tidak?
Sejak Maret 2020 diketahui, kucing juga dapat terinfeksi virus corona. Untuk pertama kalinya, Veterinary Reasearch Institute Harbin, Cina menunjukan bukti, virus corona dapat berkembang biak dalam tubuh kucing. Kucing peliharaan juga dapat menularkannya ke jenis kucing lainnya, namun tidak mudah, tegas Dokter Hewan, Hualan Chen.
Jangan cemas
Pemilik kucing tidak perlu panik. Antibodi kucing terbentuk secara cepat melawan virus corona, sehingga hewan ini tidak berpotensi menular dalam waktu panjang. Namun bagi mereka yang terinfeksi COVID-19 bergejala parah, dilarang bermain dengan kucing domestik sementara waktu. Orang sehat diharuskan mencuci tangan setelah memegang binatang liar.
Siapa menjangkiti siapa?
Haruskah babi peliharaan menjaga jarak dengan anjing, saat diajak jalan berkeliling kota?(foto di Roma). Pertanyaan tersebut harus dikaji ulang. Babi tidak pernah dipemasalahkan sebagai penular virus corona, sebut Harbin Veterinarians pada tahun 2020. Namun, saat itu anjing juga tidak dicurigai. Apakah kajian itu masih aktual dan berlaku?
Saat manusia adalah ancamannya
Nadia, harimau Malaysia beusia 4 tahun, merupakan kucing besar pertama yang positif COVID-19 pada tahun 2020, di kebun binatang New York. “Iya, sepengetahuan kami, hewan liar pertama yang tertular COVID-19 dari seorang manusia,” jelas ketua dokter hewan kebun binatang tersebut kepada National Geographic.
Salah menuduh kelelawar?
Diperkirakan virus ini berasal dari alam liar. Sampai saat ini, kelelawar dianggap sebagai inang pembawa virus SARS-Cov-2. Namun, para dokter hewan beranggapan pasti ada spesies lain sebagai inang perantara antara kelelawar dan manusia di Wuhan, Cina, pada December 2019 silam. Namun spesies apa, hingga saat ini belum diketahui pasti.
Yang paling dicurigai
Anjing rakun disebut sebagai pembawa virus SARS. Ahli virus Jerman, Christian Drosten menyebutkan spesies ini potensial sebagai sebagai pembawa virus. “Anjing rakun dalam jumlah besar ditangkap dengan perangkap atau diternakkan untuk diambil bulunya di Cina,” jelasnya. Menurut Drosten, anjing rakun merupakan terduga inang utama pembawa virus.
Mungkinkah binatang ini?
Trenggiling juga dicurigai menularkan virus tersebut. Peneliti asal Hong Kong, Cina dan Australia menemukan sejenis virus dalam tubuh Trenggeling Malaysia yang menunjukkan kemiripan yang persis dengan SARS-CoV-2.
Karantina untuk cerpelai
Hualan Chen juga bereksperimen menggunakan cerpelai. Hasilnya, SARS-CoV2 dapat berkembang biak di tubuh cerpelai, seperti di tubuh kucing. Transmisi antara hewan terjadi melalui infeksi droplet. Akhir tahun 2020 lalu, ratusan ribu cerpelai diberbagai peternakan di seluruh dunia harus dibunuh karena terinfeksi SARS-CoV-2.
Apakah unggas berbahaya bagi manusia?
Peneliti telah memberikan tanda aman kepada orang yang berhubungan dengan unggas, misalnya pedagang di Wuhan, Cina, tempat awal munculnya virus pada tahun 2019. Manusia tidak perlu cemas, karena pada dasarnya ayam kebal terhadap virus SARS-CoV-2, termasuk bebek dan unggas lainnya.