1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ancaman Wabah penyakit Di Kawasan Banjir Asia Selatan

6 Agustus 2007

Walaupun air kini mulai surut, tetapi belum berarti bahaya yang mengintai sudah berlalu

https://p.dw.com/p/CIrI
Pengungsi banjir di Bangladesh
Pengungsi banjir di BangladeshFoto: AP

Jumlah korban tewas dalam banjir di India, Bangladesh, Pakistan, Nepal dan Myanmar terus bertambah. Di negara-negara bagian Bihar, Uttar Pradesh dan Assam di India, lebih dari 200 orang tewas selama dua pekan terakhir ini. Jumlah korban di Bangladesh melebihi 120 orang. Diperkirakan sejak musim hujan awal Juni lalu, sudah lebih dari seribu orang meninggal dunia. Sekitar 30 juta orang terkena langsung dampak banjir tsb. Sebagian besar di antara mereka harus mengungsi.

Di wilayah-wilayah yang dilanda banjir sepanjang Sungai Gangga, Ghaghara dan Brahmaputra, termasuk ratusan anak sungainya, kini muncul bahaya wabah penyakit cholera, tifus dan malaria. Sebagian besar sumur yang menjadi sumber air penduduk, sudah tercemar. Berbagai tempat penampungan sementara dan rumah-rumah sakit sudah terlalu padat. Dehidrasi, buang-buang air, gatal-gatal dan infeksi saluran pernafasan merupakan masalah utama. Selain itu banyak pula yang harus diobati karena digigit ular.
Sekitar 2 juta warga pada lebih dari 2.000 desa di Negara-bagian Uttar Pradesh akhir pekan lalu mendapat bantuan pangan dan kebutuhan lainnya dari udara. Ribuan relawan dan tentara ditugaskan untuk membagikan obat-obatan, tenda, selimut dan barang-barang bantuan lainnya. Tetapi di banyak daerah jumlah perahu yang ada, tidak cukup untuk menjangkau para korban.
Douglas Broderick dari Program Pangan Dunia WFP mengemukakan: "Yang terpenting adalah air bersih untuk minum. Karena dengan demikian orang dapat bertahan hidup. Tetapi diperlukan pula bahan pangan, karena mereka sudah kehilangan rumah, dan semua milik mereka. Banyak yang tidak bisa lagi menyiapkan makanan."

Organisasi bantuan anak-anak UNICEF memperkirakan lebih dari tiga juta anak terkena dampak bencana banjir tsb. Pemerintah Jerman memberikan dana sebesar setengah juta Euro kepada organisasi pangan dunia WFP, terutama untuk membiayai pengiriman bahan pangan ke wilayah yang paling parah terkena banjir di Bangladesh. WFP juga memulai aksi bantuan bagi para korban banjir di Nepal. Khususnya sekitar 60.000 orang, akan mendapat bantuan dalam waktu tiga bulan ke depan. Berbagai organisasi bantuan mengumumkan dana bantuan darurat yang disediakan bagi para korban banjir di Asia Selatan dan mengharapkan masuknya sumbangan untuk dapat menguasai keadaan, seperti dikemukakan Caritas Internasional yang membutuhkan dana 350.000 Euro. Organisasi bantuan kelaparan Jerman, Deutsche Welthungerhilfe menyebutkan jumlah 100.000 Euro, dinas bantuan bencana Diakonie menyediakan 250.000 Euro.
Walaupun di banyak tempat air mulai surut, tetapi bahaya yang mengintai belum berarti sudah berlalu. Demikian menurut Jero Master dari UNICEF di Negara-bagian Assam: "Ketinggian air di Brahmaputra dan beberapa sungai lainnya mulai surut. Hari cerah dan tidak turun hujan. Tetapi desa-desa di sepanjang sungai masih tergenang, karena air mengalir dengan sangat lambat."

Musim hujan yang di Asia Selatan disebut 'monsun', biasanya berlangsung dari bulan Juni sampai September. Tetapi curah hujan tahun ini jauh lebih lebat dari biasanya. Menurut berbagai laporan media, sejak bulan Juni curah hujan sudah jauh lebih banyak dari sepanjang musim penghujan tahun lalu.