Melawan Superbug Dengan Antibiotika Pintar
25 Desember 2018Ini kisah Joke, istri Gerard Leeuw yang terkena stroke saat mereka liburan di Yunani. Seperti istilah sudah jatuh tertimpa tangga, kondisi Joke makin memburuk, karena saat dirawat di rumah sakit loka Yunanil, ia terinfeksi bakteri kebal antibiotika.
"Joke dirawat di rumah sakit panti jompo, saat diketahui bahwa ia mengidap infeksi bakteri berbahaya yang kebal antibiotika. Ia dikarantina bersama empat orang lainnya, yang di saat bersamaan juga terinfeksi. Untunglah dia bisa dipindahkan ke rumas sakitdi Utrecht, dimana infeksi bakterinya bisa ditangani. Walau begitu situasinya jadi sangat sulit, karena keluarga maupun sahabat dilarang berkunjung atau takut berdekatan dengan Joke", papar Gerard Leeuw
Bakteri yang kebal beberapa jenis antiobiotika, bisa jadi ancaman maut bagi pasien, yang sistem kekebalan tubuhnya lemah terutama para manula. Pasalnya pengobatan konvensional tidak lagi ampuh, dan infeksi oleh apa yang disebut "superbug" sangat dulit diobati.
Prof. Willem van Schaik, pakar mikrobiologi dari University Medical Center Utrecht menjelaskan: "Bakteri ini bisa menyebabkan infeksi saluran kemih atau infeksi aliran darah yang bisa sangat berbahaya bagi pasien yang sakit berat. Dan juga bakterinya kebal antibiotika, jadi tidak banyak opsi yang tersisa bagi para dokter untuk terapi infeksi tipe tersebut."
Ancaman global superbug
Para dokter memperingatkan, masalah ini berkembang pesat di seluruh dunia. Para pakar sepakat, hal tersebut diakibatkan penggunaan antibiotik berlebih dan tak rasional. Ditambah lagi standar higiene buruk di sejumlah rumah sakit."
Marc Bonten, pakar mikrobiologi klinik dari University Medical Center Utrecht memperingatkan: "Problem dengan besaran seperti ini perlu aksi terpadu. Yang pertama, penggunaan antibiotika harus lebih rasional dan ketat. Yang kedua, kita memerlukan standar higiene lebih baik di rumah sakit. Dan ketiga, pada akhirnya kita memerlukan antibiotika baru untuk memerangi bakterinya, karena bakteri tidak akan mati."
Dalam evolusi jutaan tahun, sejumlah bakteri mengembangkan kekebalan terhadap antibiotika alami. Tapi bagaimana kekebalan pada bakteri ini muncul hingga menyebabkan penyakit pada manusia?
"Kekebalan berasal dari alam. Dan kami ingin memahami, mengapa gen yang kebal itu bisa berpindah dari bakteri yang hidup dalam tanah atau dalam airi, ke bakteri yang memicu penyakit pada manusia. Kami masih belum memahami sepenuhnya. Jika bisa memahami prosesnya, kami bisa mengembangkan intervensi yang menghentikan penyebaran kekebalan antibiotika", tambah prof Willem van Schaik.
Kendaraan pintar pengantar antibiotika
Antibiotika harus sebisa mungkin diserap sepenuhnya, sebelum unsur itu memasuki usus besar. Jika residu antibiotika masuk usus besar, unsurnya akan membunuh banyak bakteri "baik".
CEO Da Volterra Laboratory, Paris, Pierre-Alain Bandinelli menjelaskan salah satu dampak negatif pengobatan antibiotika: "Di dalam usus besar ada koloni bakteri yang sangat penting. Kami bahkan mengatakan, ada lebih banyak bakteri didalam usus besar ketimbang di dalam sel. Jika membunuh semua bakteri tersebut, residu antibiotika menganggu keseluruhan flora pencernaan."
Salah satu caranya, dengan menggunakan kapsul kecil yang dikembangkan perusahaan milik Bandinelli, Da Volterra Laboratory, di Paris.Kapsul hancur pelahan dan menetralkan residu sebelum mencapai usus besar.
CBO Da Volterra Laboratory, Paris Pierre-Alain Bandinelli menjelaskan lebih lanjut prinsipnya: "Itu beraksi mirip seperti spons. Sesuatu yang menyingkirkan sisa antibiotika. Jika mencapai usus besar, menyerap residu antibiotika. Hingga sisa antibiotika tidak menggangu flora usus."
Kapsul penetral residu antibiotika itu, sudah sukses melewati dua ujicoba klinis lengkap. Diharapkan dengan metode pintar ini, pengobatan bakteri "superbug" bisa lebih efektif. Karena tekniknya menyasar tegas patogennya dan tidak mengganggu koloni bakteri berguna di sekitarnya.
DW Inovator