Amnesty: Korea Utara Perluas Kamp Kerja Paksa
6 Desember 2013Sembilan tahun lamanya Kim Young Soon meringkuk di kamp kerja paksa Yodok 15. Nyaris satu dasawarsa di neraka. Perempuan itu ditahan karena mengetahui perselingkuhan antara temannya, seorang aktris layar lebar dengan bekas diktatur Kim Jong Il. Dalam sekejap, Kim Young Soon menghilang bersama semua anggota keluarga.
Orang tuanya meninggal karena kelaparan. Putranya tewas tenggelam di kolam penjara. Kim tidak pernah bertemu suaminya sejak dibebaskan 1989.
Perempuan tua itu kini hidup di Seoul. Kisahnya menyempurnakan kesan menyeramkan yang muncul dari kamp kerja paksa di Korea Utara. Ia adalah salah satu dari dua saksi mata yang berkicau dalam laporan Amnesty International yang dipublikasikan Kamis (05/12/13) lalu.
Bukti berupa citra udara
Organisasi HAM internasional itu menampilkan citra satelit dari dua kamp kerja paksa - kamp 15 di Yodok dan kamp 16 di Hwasong. "Ini adalah gambar pertama yang kami punya dari kamp 16," kata Pengamat Asia Timur Rajiv Narayan. Menurut perkiraan hingga tahun 2011 kamp itu menampung sekitar 20.000 narapidana.
Amnesty meyakini, kamp itu sudah diperluas, "Karena gambar itu menunjukkan gedung-gedung baru," kata Narayan. Menurut organisasi yang bermarkas di London itu Kamp 16 membentang seluas 560 kilometer persegi - tiga kali lebih besar ketimbang ibukota AS, Washington D.C.
Selain itu terdapat bukti yang mengarah pada dugaan kerja paksa, kata Narayan. "Di sekitar kamp terdapat aktivitas penebangan hutan dan pertanian, juga pertambangan. Selain itu kita bisa lihat pos penjara dan pagar pembatas." Semua bisa dikenali lewat citra satelit, katanya.
Di kamp 15 yang diperkirakan menampung 50.000 narapidana, Amnesty memastikan 40 gedung sudah dihancurkan, sebaliknya lima gedung baru dibangun. Tidak jelas apakah itu bukti berkurangnya jumlah narapidana yang ditahan.
Laporan Muram
Sejauh ini belum diketahui pasti berapa jumlah narapidana yang ditahan di kamp-kamp kerja paksa Korea Utara. Perkiraan kasar menyebut angka 200.000 tahanan. Yang jelas pemerintah Korea Utara tidak pernah segan menghukum penduduknya untuk kesalahan kecil sekalipun, atau jika yang bersangkutan dilahirkan di keluarga yang salah.
Salah satu contohnya adalah Shin Dong-Hyuk. Kisah hidupnya menginspirasi pembuatan buku dan film beberapa waktu lalu. Ia dilahirkan sebagai putra dua narapidana politik dan dibesarkan di dalam kamp kerja paksa. Pada usia 20 tahun Shin berhasil melarikan diri. Dalam bukunya "Escape from Camp 14" ia bercerita saat menyaksikan eksekusi mati terhadap ibu dan saudara laki-lakinya.
Sebagian besar kisah Shin juga dialami oleh Kim Young Soon. Ia juga menjadi saksi eksekusi mati, kata Rajiv Narayan. "Ia melihat dua napi yang ditembak di depan umum lantaran mencoba melarikan diri."
Banyak yang dipaksa menyaksikan eksekusi mati terhadap kedua napi tersebut. "Mereka ditembak tiga kali di kaki, tiga kali di dada dan tiga kali di kepala. Lalu jenazah mereka diseret," kata Narayan.
Amnesty International melanjutkan laporannya kepada Komisi Perserikatan Bangsa Bangsa yang sedang menyelidiki pelanggaran HAM di Korea Utara. Laporan komisi tersebut rencananya akan dipublikasikan awal tahun depan.