Distribusi Pengungsi Yang Tak Rata Sulut Krisis Global
4 Oktober 2016Akibat perang dan konflik bersenjata di Suriah, Afghanistan, Burundi dan Sudan Selatan jumlah pengungsi tahun 2016 mencapai 21,3 juta orang, dan memecahkan rekor. Demikian pernyataan Badan PBB Urusan Pengungsi, UNHCR.
Namun demikian, sekitar 58% pengungsi yang diakui UNHCR dari kawasan konflik itu, hanya bisa menemukan tempat berlindung disalah satu dari 10 negara tetangganya. Yaitu: Yordania (lebih dari 2,7 juta), Turki (lebih dari 2,5 juta), Pakistan (1,6 juta), Libanon (lebih dari 1,5 juta), Iran (979.400), Ethiopia (736.100), Kenya (553.900), Uganda (477.200), Republik Demokrasi Congo (383.100) dan Chad (369,500). "Tanggung jawab melindungi tidak terbagi merata," kata jurubicara UNHCR, William Spindler Senin kemarin.
Distribusi tidak merata perburuk krisis
Organisasi HAM Amnesty International menyatakan, tak meratanya distribusi pengungsi seperti laporan PBB itu, menyebabkan semakin buruknya krisis, mengingat sebagian besar negara penampung adalah negara miskin, yang tidak mampu memberikan bantuan selayaknya bagi pengungsi. Situasi menyengsarakan akhirnya mendorong para pengungsi untuk melakukan perjalanan sangat berbahaya ke Eropa dan Australia.
Masalahnya bukan jumlah global pengungsi. Melainkan ketimpangan, dimana, negara-negara paling kaya menerima dan menampung paling sedikit pengungsi, dan memberikan bantuan paling sedikit pula. Demikian dinyatakan Sekretaris Jenderal Amnesty International Salil Shetty.
"Anak-anak tidak mendapat pendidikan, dan orang-orang tidak mendapat makanan cukup," demikian dikatakan Audrey Gaughran, direktur Amnesti Internasional untuk isu-isu global, dalam wawancara telefon. Ia menggambarkan situasi saat ini dengan kata-kata: tidak adil dan tidak bisa dibiarkan terus begitu." Organisasi HAM menyerukan negara-negara kaya untuk menerima lebih banyak pengungsi, sesuai kemampuan mereka.
Eropa batasi pengungsi yang masuk
Sementara ini Jerman dan Eropa juga mulai kewalahan mengatasi masalah yang timbul dari datangnya lebih dari sejuta pengungsi, terutama dari Suriah dan Afghanistan. Akibatnya, Uni Eropa menjalin kesepakatan dengan Turki, untuk meredam jumlah pengungsi yang datang ke Eropa dari Turki. Sebagai imbalannya negara-negara Eropa menjanjuikan akan memberikan dana kepada Turki antara lain untuk mendirikan fasilitas yang layak bagi pengungsi.
Kini Uni Eropa menandatangani juga kesepakatan dengan Afghanistan untuk mendukung kelancaran pemulangan puluhan ribu warga Afghanistan yang dinyatakan tidak bisa diterima sebagai pencari suaka. Menurut kesepakatan itu, pemerintah Afghanistan berjanji akan menerima kembali warga negaranya yang tidak boleh tinggal di Eropa, dan memberikan dokumen perjalanan kepada para imigran yang tidak punya surat-surat dalam waktu sebulan.
Biaya transportasi bagi mereka yang dipulangkan akan ditanggung Uni Eropa. Di samping itu, dalam konferensi donor internasional bagi Afghanistan Rabu besok, Uni Eropa diperkirakan akan menyatakan pemberian sokongan dana sekitar 1,1 milyar Dolar per tahun bagi Afghanistan, hingga tahun 2020 mendatang
ml/as (rtr, ap, afp)