1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Alat Tes Cepat Deteksi Virus Corona Masuk Indonesia

20 Maret 2020

Rapid test atau alat deteksi cepat virus corona mulai masuk ke tanah air. Alat tersebut masuk secara bertahap dan dipastikan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

https://p.dw.com/p/3Zl0h
Coronavirus in Indonesien Jakarta
Foto: Reuters/Antara/F. Yusuf

PT RNI (Persero) mendatangkan rapid test atau alat tes virus COVID-19 dari Cina. Alat itu masuk ke Indonesia mulai kemarin (19/3) setelah mendapat restu dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengaku tak tahu secara pasti jumlah alat tes yang masuk. Yang pasti, kata dia, alat itu akan masuk secara bertahap. Kemudian, alat itu akan didistribusikan ke rumah sakit-rumah sakit rujukan pemerintah.

Arya mengatakan, rapid test bisa mendeteksi corona dengan waktu cepat. Paling tidak, butuh waktu 15 menit.

"Walaupun rapid test bukan tes terakhir. Karena kalau dilihat positif bisa melangkah lebih jauh tes lab yang butuh 2 hari itu," paparnya.

Daerah mana yang akan menjadi prioritas untuk digelar rapid test?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para menteri dan Gugus Tugas COVID-19 segera melakukan rapid test massal virus Corona.

Berdasarkan data per 18 Maret pukul 12.00 WIB sampai 19 Maret pukul 12.00 WIB kasus positif virus corona di Indonesia sebanyak 309. Jakarta menempati posisi pertama dengan 210 kasus, disusul Banten 27 kasus.

"Ya kan keluarganya yang paling juga banyak di Jakarta sama Banten. Ya kalau misalnya di satu kota nggak ada yang positif, terus apa yang di-rapid? Kan logikanya begitu saja toh," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto. Achmad menjawab pertanyaan apakah rapid test akan diprioritaskan di Jakarta dan Banten.

Yuri menyebut pemerintah akan mengedukasi masyarakat lebih dulu sebelum rapid test dilakukan.

"Kan harus didahului dengan memberikan edukasi ke masyarakat tentang self isolation. Sehingga kalau testnya positif, tanpa gejala, atau gejalanya minimal, ya, sudah isolasi diri di rumah yang sudah diajarkan sebelumnya. Nah, kalau self isolation-nya belum diajari, langsung main periksa, sudah numpuk itu rumah sakit, bubar," imbuhnya.

Rapid test yang nantinya akan diterapkan pemerintah akan dikonfirmasi dengan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

"Sudah barang tentu di dalam self-monitoring atau pada saat rapid test massal ini kita temukan kasus positif, disertai gejala-gejala moderat, gejala-gejala sakit yang sedang, maka harus tetap dilakukan konfirmasi dengan menggunakan pemeriksaan PCR. Karena ini menjadi penting, PCR memiliki sensitivitas yang jauh lebih tinggi dibanding pemeriksaan rapid," tambahnya. (ha/pkp)

Baca selengkapnyadetiknews

Alat Cek Corona 'Secepat Kilat' Sudah Masuk ke RI

Di Daerah Mana Rapid Test Akan Diprioritaskan? Ini Kata Pemerintah Pusat