Aktivis Laos Sombath Somphone Dihilangkan?
18 Maret 201315 Desember 2012, sekitar jam enam sore. Sombath Somphone dan istrinya Ng Shui Meng dalam perjalanan pulang ke rumahnya di Vientiane. Mereka menggunakan kendaraan yang berbeda. Mereka ingin bertemu di rumah untuk makan malam. Tapi Sombath tidak pernah sampai ke rumahnya. Ng Shui Meng terakhir kali melihat mobil suaminya dekat kantor polisi di Thadeua Road.
Apa yang terjadi selanjutnya, bisa dilihat dalam rekaman video polisi. Kendaraan Sombath dihentikan polisi, ia lalu keluar dari mobil. Tidak lama kemudian, datang sebuah truk. Dua orang turun dan membawa Sombath pergi. Sejak itu, jejak Sombath tidak diketahui. Ponselnya juga tidak bereaksi lagi.
Keluarga dan teman-teman Sombath berusaha mencari tahu, apa yang terjadi. Tapi mereka tidak mendapat keterangan apa-apa. Aparat keamanan Laos berdiam diri. Secara resmi, pemerintah Laos menyatakan akan melakukan segalanya untuk mengungkap kasus ini.
Tapi organisasi hak asasi Human Rights Watch mengeluhkan sikap tertutup yang ditunjukkan aparat Laos. Sejak Sombath menghilang, banyak pihak menuding pemerintah Laos berada dibalik aksi penculikan Sombath. Tapi pemerintah Laos menolak semua tuduhan ini.
Wakil direktur Asia dari Human Rights Watch, Phil Robertson meragukan keterangan pemerintah. “Dia diculik di salah satu pos pengawasan polisi. Pernyataan polisi, bahwa mereka tidak tahu apa yang terjadi dengan dia, sama sekali tidak bisa dipercaya” tukas Robertson.
Aparat keamanan Laos menolak memberikan kopi rekaman video kepada pihak lain untuk penyelidikan lebih lanjut. Alasannya, hasil rekaman asli dari sebuah kamera pengawasan kualitasnya terlalu buruk. Jadi bahan itu tidak cukup untuk identifikasi pelaku. Rekaman video yang tersebar di internet hanyalah rekaman langsung dari monitor televisi. Gambarnya terlalu buruk. Tidak ada wajah atau nomor kendaraan yang bisa diidentifikasi.
Aktivis Hak Asasi Manusia
Sombath Somphone adalah aktivis Laos yang paling dikenal. Sejak bertahun-tahun ia memperjuangkan pendidikan bagi remaja dan hak-hak penduduk miskin. Ia juga berjuang untuk perlindungan lingkungan di negaranya.
Pertengahan 1990-an ia mendirikan Participatory Development Training Center (PADETC), salah satu lembaga swadaya masyarakat yang pertama di Laos. Tahun 2005 ia menerima penghargaan Ramon Magaysay untuk kegiatannya dalam perlindungan lingkungan.
Setelah ia dinyatakan hilang, Hillary Clinton yang ketika itu masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS, bulan Januari lalu pernah menanyakan nasibnya. Juga pejabat urusan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton. Tapi tidak ada jawaban. Human Rights Watch kini mengimbau Komisi HAM ASEAN agar mengusut kasus tersebut.
Phil Robertson dari Human Rights Watch menduga, penculikan Sombath Somphone berkaitan dengan kegiatannya sebagai pembela HAM. Ia ikut aktif mengorganisasi Forum Asia-Eropa menjelang pertemuan puncak ASEM bulan Oktober 2012 di Vientiane.
Kasus menghilangnya Sombath Somphone membuat situasi aktivis dan pekerja organisasi non pemerintah di Laos berubah. Mereka sekarang takut berbicara secara terbuka. Menurut Robertson, disini pemerintah ingin menunjukkan kekuasaanya. Jadi orang-orang makin takut untuk berbicara.
Para pendukung Sombath masih terus berusaha mengusut kasusnya dan melakukan publikasi lewat situs internet (www.sombath.org). Mereka tetap optimis, bahwa Sombath masih hidup.