Akhir Tragis Klub Chapecoense
Chapecoense menorehkan sejarah setelah meroket dari divisi tiga ke liga utama sepakbola Brazil dalam waktu empat tahun. Tapi kini kisah manis klub yang baru didirikan 43 tahun silam itu berujung tragis
Mimpi Buruk di Pekan Istimewa
Pekan ini seharusnya menjadi pekan istimewa buat Chapecoense. Karena untuk pertamakalinya mereka akan tampil di final Piala Sudamericana melawan jawara Kolombia, Atletico Nacional. Kemenangan selayaknya menjadi sejarah yang selamanya tak terlupakan. Tapi apa lacur, nasib naas lebih dulu menyapa.
Tiga Selamat
Dari sebanyak 22 pemain yang ikut menumpang pesawat tua milik maskapai Lamia itu cuma tiga yang selamat, yakni pemain bertahan Alan Ruschel serta dua kiper, Jakson Follmann dan Dani. Padahal awalnya manajemen klub sempat ingin menyewa sebuah jet pribadi buat mengangkut para pemain.
Permata Seumur Jagung
Sejarah Chapecoense tidak cukup mentereng dibandingkan klub Brazil lainnya. Didirikan tahun 1973 di kota Chapeco, selatan Brazil, klub ini lama berkutat di divisi empat. Ketika berhasil mempromosikan diri ke divisi utama 2014 silam, stadion mereka di Santa Catarina cuma bisa menampung 22.600 penonton, termasuk yang paling kecil di liga utama Brazil.
Pergulatan Demi Liga Utama
Namun kesederhanaan Chapecoense tidak membuat para pemain patah semangat. Musim pertama di Serie A ditandai dengan pergulatan agar bisa bertahan di liga utama. Memasuki musim kedua, Chapecoense perlahan membetoni posisi mereka sebagai klub papan tengah.
Harum Hingga Akhir
Adalah perjalanan Chapecoense di level internasional yang mencuri perhatian publik Amerika Selatan. Setelah melumat klub paling mapan di benua Amerika, Indepediente, Ananias dkk. menaklukkan jawara Argentina San Lorenzo, untuk membukukan tiket ke partai final.
Amerika Selatan Berkabung
Setelah insiden tragis di La Reunion, federasi sepakbola Amerika Selatan, Conmebol, membekukan semua kegiatan sepakbola hingga waktu yang belum ditentukan. Rival Chapecoense di final, Atletico Nacional asal Kolombia, kini mengundurkan diri dari turnamen dan meminta federasi menyerahkan Copa Sudamericana kepada Chapecoense.