5 Kebiasaan Orang Jerman yang Sulit Dipahami
13 Desember 2019Karena saya dilahirkan dan dibesarkan di Israel, adalah hal yang wajar bahwa begitu pindah ke Jerman saya menemukan banyak norma budaya dan sosial yang sama sekali baru bagi saya.
Misalnya, orang Jerman tampaknya santai saja dengan dengan telanjang di depan umum. Mereka juga biasa menegur orang asing di jalan, kalau mereka pikir telah melakukan sesuatu yang salah. Dan untuk alasan yang bagi saya cukup misterius, mereka lebih suka membeli bir murah di kios daripada membayar sedikit lebih mahal tetapi bisa duduk di bar dengan nyaman.
Memang harus diakui, ada beberapa kebiasan orang Jerman yang langsung mendapat simpati saya. Misal berjemur di taman saat matahari bersinar, atau kebiasaan membayar barang di toko dengan uang tunai, dan terutama perencanaan liburan yang betul-betul lengkap dan teliti.
Tapi beberapa kebiasaan orang Jerman tetap membingungkan bagi saya. Inilah lima di antaranya:
1. Angin dari jendela adalah musuh besar
Hubungan orang Jerman dengan angin tampaknya sangat rumit. Di satu sisi, akan selalu ada rekan yang bersikeras membuka jendela ketika suhu di luar di bawah 0 derajat Celcius, dengan alasan mereka membutuhkan udara segar. Tapi di sisi lain, kalau ada angin masuk, mereka jadi sibuk dan menganggapnya sesuatu yang berbahaya. Istilah Jermannya adalah: "Durchzug."
Durrchzug artinya, kalau misalnya ada dua jendela di ruangan yang letaknya berseberangan dibuka, sehingga angin pun melintas dari jendela satu ke jendela lainnya. Bagi orang Jerman, ini tampaknya sangat mengkhawatirkan, sehingga mereka bakal protes. Karena bisa menyebabkan leher kaku, pilek, atau bahkan pneumonia.
2. Pembatasan kecepatan di jalan? Jangan harap
Setiap orang yang pernah ke Jerman lebih dari sehari akan tahu betapa seriusnya orang Jerman memperlakukan mobil mereka - dan segala sesuatu yang melibatkan mobil, termasuk di Autobahn, jalan bebas hambatan.
Di Jerman tidak ada batas kecepatan yang berlaku secara umum di jalan bebas hambatan. Dan siapa yang berniat menerapkan pembatasan kecepatan akan segera menghadapi kritik lantang. Memang menurut statistik, 60% dari semua kecelakaan yang berakibat kematian, tidak terjadi di Autobahn, tetapi justru di jalan-jalan biasa yang punya batas kecepatan.
Namun, saya tetap merasa sulit untuk memahami mengapa begitu penting untuk ngebut dengan mobil sampai kecepatan 250 km/jam, apalagi sambil "menghalau" mobil-mobil lain dengan mendekat dan menyalakan lampu besar kedip-kedip untuk memberi sinyal mau lewat.
3. Semua perlu berkas kertas
Untuk negara yang terkenal dengan budaya daur ulang yang cermat, saya cukup terkejut dengan kebutuhan dokumen kertas yang berlaku di Jerman.
Faktanya, tahun 2018 setiap orang Jerman menurut statistik menggunakan rata-rata 241,7 kilogram kertas, menjadikan negara ini salah satu konsumen kertas terbesar dunia, dan terbesar di antara negara-negara G20.
Di Jerman, segala sesuatu memang diminta "tertulis di atas kertas". Jadi bersiaplah untuk menulis surat keterangan untuk hampir segala kepentingan dan segara urusan. Kebanyakan kantor juga mencetak lagi semua dokumen yang dikirim secara online, seperti PDF, sebagai tanda bukti telah diterima. Menyimpan salinan itu adalah sebuah pekerjaan maha penting di Jerman.
4. Kerja adalah kerja
Orang Jerman kebanyakan berhubungan dengan kolega kerjanya hanya soal kerja. Ini awalnya cukup mengejutkan bagi saya. Atasan saya di sini tidak pernah menanyakan apa pun tentang kehidupan pribadi saya, dan saya praktis harus memancing-mancing percakapan agar mereka tahu lebih banyak tentang saya, daripada hanya sekedar nama lengkap saya dan di negara mana saya dilahirkan.
Menurut banyak orang, ini adalah pendekatan yang sehat, tetapi bagi saya sebagai orang Israel, ini adalah tantangan. Saya terbiasa berbagi lebih banyak dengan kolega saya daripada hanya sekadar soal kantor – misalnya minum bersama setelah bekerja dan bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi atau keluarga.
5. Hari Minggu sakral
Ini boleh jadi berita baru bagi Anda: di Jerman hanya ada enam hari dalam seminggu. Hari Minggu memang masih ada di kalender, tapi makin lama di Jerman saya makin ragu, apakah hari Minggu memang benar-benar ada.
Sebab semua toko akan tutup di hari Minggu, kecuali beberapa kafe dan restoran. Angkutan umum juga sangat terbatas. Semuanya jadi berjalan lebih lambat, juga di kota-kota super sibuk seperti Berlin. Dan tidak ada orang Jerman yang terganggu dengan itu semua.
Jangan salah paham, saya benar-benar mendukung setidaknya ada satu hari istirahat dalam seminggu, jika tidak lebih. Saya sepenuhnya menghargai hak-hak pekerja di sini untuk beristirahat di hari Minggu. Tapi saya kadang-kadang bertanya-tanya: haruskah semua toko juga ikut ditutup?
Bonus: Berkencan dengan pria Jerman
Meskipun bukan "kebiasaan", ada fenomena terkait pria Jerman yang masih jadi misteri besar untuk saya. Bahkan pada minggu pertama saya tiba di Jerman, sudah banyak perempuan dari seluruh dunia – dan perempuan asing yang tinggal di sini – yang memperingatkan saya tentang sulitnya memahami pria Jerman.
Terlepas dari kenyataan bahwa mereka semua baik secara keseluruhan, saya bisa mengkonfirmasikan: Pria Jerman umumnya sulit diajak berkomunikasi - apalagi berkencan!
Pola komunikasi mereka bisa tidak menentu dan tak terduga. Mereka tampaknya menghindari platform besar seperti WhatsApp dan Facebook, dan secara keseluruhan tampaknya perlu waktu lama, sampai mereka mau menyebut hubungan mereka dengan seseorang sebagai "relationship".
Untungnya, saya masih punya cukup banyak waktu di jerman untuk mencoba memahami dan memecahkan misteri ini.
hp/rap